Latest Entries »

Senin, 27 Mei 2013

BIOGRAFI AL-FARABI FILOSOF KE DUA DARI TIMUR


AL-FARABI
Guru Kedua dari Timur


Abu Nasr al-Farabi adalah sebagai pembangun agung sistem filsafat, ia telah membakutikan diri untuk berfikir dan merenung, menjauh dari kegiatan politik, gangguan dan kekisruhan masyarakat. Al-Farabi meninggalkan sejumlah risalah penting. Di samping murid-muridnya yang belajar langsung, banyak pula orang-orang yang mempelajari karya-karyanya setelah sepeninggalnya, dan menjadi pengikut filsafatnya menjdi acuan pemikiran ilmiah bagi Barat dan Timur, lama setelah sepeninggalnya.

Pada terakhir abad ke-13 H/ke-19 M, telah dilakukan banyak usaha untuk menulis biografinya, mengumpulakan karya-karya yang belum diterbitkan, dan menjelaskan berbagai hal yang masih samar di dalam karya filsafatnya. Pada tahun 1370 H/1950 M, seribu tahun setelah meninggalnya, beberapa sarjana Turki menemukan beberapa karya Al-Farabi yang masih berupa naskah dan memcahkan beberapa kesulitan yang berkaitan dengan pemikirannya.

Salah seorang pemikir besar Islam yang terkenal adalah al-Farabi. Nama lengkapnya adalah Abu Nasr Muhammad Ibnu al-Farabi tapi lebih dikenal dengan nama Alfarabius atau Avennasar. Ia lahir pada tahun 870 di Farab, sebuah kota di Turki Tengah yang kini tidak ada lagi. Meskipun al-Farabi adalah orang Turki, tetapi ayahnya berkebangasaan Persia. Namun begitu, karya dan pemikiran al-Farabi tetap mencerminkan filosof Arab. Dan al-Farabi meninggal dunia 970 di Damaskus.

Para ilmuan Barat menganggap al-Farabi sebagai pendiri filsafat Arab. Mereka juga menyebut al-Farabi sebagai guru kedua (The Second Master), sedangkan Aristoteles sebagai Guru Pertama (The First Master).

Al-Farabi mengikuti pendidikan dasar dan menghabiskan masa kanak-kanak di kota kelahirannya. Setelah itu ia pergi ke Bukhara untuk melanjutkan sekolah. Al-Farabi menempuh pendidikan tingginya di Bagdad. Di kota ini, belajar bahasa Arab dan yunani yang pertama kali. Namun, al-Farabi ternyata lebih tertarik pada masalah alam semesta dan manusia. Hal inilah yang membuatnya mempelajari ilmu filsafat, terutama filsafat Flato dan Aristoteles. Al-Farabi menyerap inti pengetahuan dari filsafat Platonik dan Aristotelian, sebelum kemudian menggabungkanya dengan penegetahuan Al-Quran dan ilmu lain.

Selama di Baghdad, al-Farabi mempelajari Filsafat Aristoteles dan logika di bawah bimbingan Abu Bishr Matta ibn Yunus, seorang filosof terkenal. Di sela-sela kesibukannya, ia mulai menulis jumlah karya filsafat dan menerjemahkan karya para filosof Yunani. Ia dikenal sebagai filosof Islam pertama yang memperkenalkan filsafat Yunani pada dunia Islam. Proyek terbesar yang dilakukan al-Farabi adalah menggabungkan Yunani dan Sysri'at Islam.

Al-Farabi meninggalkan sejumlah besar tulisan yang penting, bahkan bila mempercayai keterangan-keterangan beberapa penulis tentang biografi al-Farabi, seperti al-Qifti atau Abi Usaibi'ah, jumlah tulisannya itu ialah tujuh puluh buah, memang terlihat kecil dibandingkan dengan karya-karya filosof di masanya, terutama al-Kindi da ar-Razi.

Karya-karya al-Farabi dapat dibagi menjadi dua kelompok, satu diantaranya mengenai logika dan yang kedua mengenai bidang lain. Karya-karya tentang logika menyangkut bagian-bagian yang berbeda dari Organon-nya Aristoteles, baik yang berbentuk komentar maupun tulisan panjang. Kebanyakan tulisan ini masih berupa naskah yang sebagian besar naskah-naskah ini belum ditemukan. Sedangkan karya-karya kelompok kedua menyangkut berbagai cabang pengetahuan diantaranya; filsafat, fisika, matematika, etika dan politik. Sebagian karya tersebut telah di ketemukan, dan hal ini memperjelas berbagai aspek pemikiran filosofis al-Farabi. Tetapi ada sebagian karya lainnya yang diragukan dan penulisan tentangnya yang merupakan masalah kontroversial, seperti dalam hal Fusus al-Hikam (Permata Kebijaksanaan) atau al-Mufariqat (Keterpisahan).

Sebagai seorang filosof Muslim, al-Farabi menggunakan segenap kemampuan akalnya untuk mencapai kebenaran yang hakiki. Ia berhusaha menggapai Islam yang sempurna. Oleh karena itu, menurut al-Farabi, filsafat dan agama adalah dua hal yang bersesuaian. Dua-duanya merpakan jalan untuk mencari kebenaran agama, namun keduanya mempunyai metode penelaran dan argumen yang logis. Sementara itu, agama berngkat dari keimanan dan kepasrahan jiwa.


Al-Maraji'

Wahyu Murtiningsih, Biografi Para Ilmuan Muslim, Sleman Yogyakarta: Pustaka Insan Muslim, 2008
Abdul Latif, Pejuang dan Pemikir Islam dari Masa ke Masa, Jakarta: Iqra Insani Press, 2005
M. M. Syarif, Editor, Para Filosof Muslim, Bandung: Mizan, Cetakan XI, 1998

Wa Allahu a'lam bisshawab,

Wassalam,
Amingsa syah, Cirebon, Indonesia 2013


0 komentar:

Posting Komentar