SEDIKIT MEMAHAMI TAKDIR ALLAH SWT DAN IKHLAS
(Oleh
Amingsa)
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia
amat baik bagimu,dan boleh jadi (pula) kamu menyukai
sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216).
Takdir adalah semua ketentuan-ketentuan Allah Swt yang terjadi pada
semua makhluknya termasuk manusia. Kita sebagai manusia tidak luput dari
guratan-guratan takdir yang telah ditentukan dan ditetapkan oleh Sang Maha
Sutradara kehidupan manusia yakni Allah Swt. Dalam kehidupan ada sebagian manusia
mendapatkan kemudahan, kebahagian, berkecukupan dan bergelimang harta benda
atau kekayaan. Dan ada juga sebagian manusia yang mendapatkan kesulitan,
kesedihan, kekurangan dan kemiskinan.
Takdir mendapatkan kemudahan, kebahagian, berkecukupan dan
bergelimang harta benda, ini semua merupakan ujian kenikmatan hidup yang banyak
disukai oleh semua manusia, baik itu orang-orang yang beriman atau pun tidak
beriman. Namaun kebanyakkan manusia yang menerima dan menjalani kenikamatan hidup
tersebut, tidak sedikit mereka yang lalai untuk bersyukur serta kurang ikhlas
menjalaninya, padahal kalau kita sadari betul kenikmatan itu semua ditakdirkan
oleh Allah Swt. Hal demikian inilah yang menyebabkan kebaikan-kebaikan tersebut
tidak timbah oleh Allah Swt.
Sedangkan kesulitan, kesedihan, kekurangan dan kemiskinan itu
adalah ujian hidup juga yang ditakdirkan
oleh Allah Swt, pada makhluknya yang bernama manusia, akan tetapi kebanyakkan
manusia tidak menyukainya. Kita ketahui bersama pada hakekatnya takdir baik dan
buruk yang terjadi pada setiap manusia itu semuanya datang dari Allah Swt.
Tinggal diteguhkan kembali keikhlasan manusianya itu sendiri dalam menjalani dan
menerima takdir Allah Swt. Baik itu, takdir yang hasanah maupun yang buruk, tentunya
menurut pandangan Allah Swt, bukan pandangan manusia sebab hanya pandangan
Allahlah yang terbaik.
Boleh jadi ketika kita sudah ikhlas dengan maksimal untuk menerima
dan menjalani takdir Allah Swt yang buruk tersebut. Barangkali memang itu yang
terbaik untuk kita, dalam pandangan Allah Swt, maka insyaallah yang akan
terjadi adalah dibalik kesulitan akan datang kemudahan, dibalik kesedihan akan
datang kebahagian, dibalik kekurangan akan datang kecukupan dan dibalik kemiskinan
akan datang kekayaan.
Terkait dengan memahami ilmu keikhlasan sepertinya mudah untuk
diucapkan namun sulit dilakukan. Sedikit manusia yang bisa ikhlas terhadap
takdir yang menimpa dirinya. Banyak yang gagal mencapai keikhlasan sehingga
seseorang tidak bisa menerima takdir Allah Swt dan bahkan ia (manusia)
melalaikan-Nya. Padahal sesungguhnya menerima takdir Allah Swt dengan ikhlas,
itu bagian dari keimanan. Banyak sekali hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik,
jika mau menerima takdir Allah Swt, meskipun terkadang harapan tidak seindah
kenyataan.
Contohnya dalam menjalani kehidupan rumah tangga, meskipun sudah berusaha dengan baik, terkadang masih saja tidak bisa menerima takdir berupa kesulitan ataupun kegagalan. Sesuatu yang tidak diharapkan terjadi, seringnya membuat lupa kepada Allah Sang Pencipta takdir. Lupa bahwa Allah Swt itu telah berjanji, tidak akan membebankan seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, dan Allah Swt lebih mengetahui yang terbaik untuk hamba-hambaNya.
Apa yang menurut pemahaman dan pandangan kita tidak baik, bisa jadi
ini bukanlah akhir dari segalanya. Tanamkan pada diri kita keyakinan bahwa
ujungnya pasti yang terbaik menurut pandangan Allah Swt, bukan menurut pandangan manusia.
Ketika seseorang mampu ikhlas menerima takdir dan ketentuan Allah Swt atas
dirinya, ia akan rela menganggapnya sebagai kebaikan dan cobaan yang harus
dihadapi serta menjadi amal ibadah yang luar biasa disisi Allah Swt.
Wallahu a’lam bis-showab.
TENTANG PENULIS
AMINGSA, S. Pd.I, M.A., adalah putra Tambelang, Kabupaten Bekasi,
Jawa Barat, Lahir di Bekasi, ia anak keenam dari pasangan Bapak Moh. Muin dan
Ibu Nyamoliyah. Semasa sekolah SDN 1 Sukarapih Tambelang Bekasi, MTs
Al-Muttaqien Tambelang Bekasi, di Mts Amingsa mendapat rangking juara kelas, minimal
tiga besar. Ia meneruskan pendidikan ke Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK) An-Nida
Al-Islamy Kota Bekasi, selama belajar di An-Nida Al-Islamy Kota Bekasi, ia
sempat mengaji kitab Misbah Az-Zhulam langsung dengan Syekh Muhammad Muhajirin
Amsar Ad-Dar (Alm), beliau adalah penyusun kitab Misbah Az-Zhulam dan menjadi
tokoh ulama besar Nasional dari Kota Bekasi.
Menamatkan pendidikan Bahasa Arab, S1 di STAIN Cirebon dan S2 di
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Tamantirto Yogyakarta. Sekarang
aktivitasnya mengajar di MAN 1 Kota Cirebon Jawa Barat, sebagai Guru pengampu
Bahasa Arab. Menjadi Pembina PAKIBRA dari tahun 2016 sampai 2020, Prestasi yang
pernah di dapat juara harapan 2 tingkat Nasional tahun 2017 di Sumedang Jawa
Barat dan juara 1 PBB tingkat Nasional tahun 2017 di Kaplongan Indramayu Jawa
Barat. Menjadi tutor pengajar Kitab Kuning di Ma’ahad Jami’ah IAIN Syekh
Nurjati Cirebon dari tahun 2017 sampai sekarang.
Bagi pembaca yang budiman dan baik hati, jika ingin berkomunikasi dengan Penulis, bisa menghubungi gmail: amingsasyah@gmail.com, Facebook: Amingsa Syah, Instagram dan Telegram.
0 komentar:
Posting Komentar