Latest Entries »

Rabu, 27 Juni 2012

PERKEMBANGAN FILSAFAT DAN SAINS DALAM ISLAM


FASE-FASE PERKEMBANGAN 
FILSAFAT & SAINS
DALAM DUNIA ISLAM



Latar Belakang Perkembangan :


 Motivasi ayat-ayat Al-Quran. Perdebatan kaum muslimin berkaitan dengan hal-hal yang ghaib bersifat metafisis yaitu; Kekusaan Tuhan dan ikhtiar manusia, peran akal dan wahyu. Gelombang Helenisme – Budaya Yunani, Filsafat Yunani diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab (mulai pada masa Bani Umayyah di Damaskus dan Al-Makmun di Bagdad – berdirinya “ Bait Al-Hikmah”).

Mu'tazilah

Abad ke-8 M, mulai berkembang pemikiran berkenaan dengan kekusaan Allah, dan kehendak bebas manusia (free will), keburukan-kejahatan (evil) dan penciptaan (creation). 


Al-Kindi, abad ke-9 M

Keturunan bangsa Arab dengan pemikiran mengkompromikan Islam dengan fisafat 
Aristoteles – Neoplatonik, masalah non enternity dunia (ketidakabadian, tidak kekal, fana); kebebasan atau kemandirian jiwa (soul) dan kewahyuan
 (prophetic knowledge).


Al-Farabi, abad ke-10 M

Keturunan bangsa Turki, yang mengembangkan superioritas filsafat sebagai achievment manusia dan berpandangan, bahwa keterampilan bisa dikuasai oleh siapa saja. Secara logika ia berasil menjelaskan prinsip-prinsip penalaran, terinspirasi dari filsafat silogisme Aristoteles.


Ibnu Sina, abad ke-11 M

Orang barat menyebutnya “Avicenna” ia berhasil menemukan sistem dan metoda pemikiran rasional murni serta tradisi intelektual. Ia menekankan eratnya hubungan antara jiwa dan raga sebagai bentuk duelisme yang radikal. Dalam panadangan Ibnu Sina, ia menganggap bahwa filsafat sama tingginya dengan agama.


Al-Ghazali, abad ke-11-12 M

Berasal dari persia, awalnya ia menetang pemikiran filosuf muslim, bahkan dianggap murtad karena bertentangan dengan Al-Quran. (Bahwa dunia ini qadim, bahwa Tuhan tidak mengetahui rincian peristiwa yang terjadi di dunia, bahwa kebangkitan itu tidak dengan raga). Sesungguhnya Imam Al-Ghazali tidak memusuhi fisafat bahkan ia menerima logika Aristoteles sebagai argumentasi untuk memepertahankan agama.


Ibnu Rusydi, abad ke-13

Orang barat menyebutnya dengan “Averoes” Keturunan Arab dari Spanyol, menurutnya filsafat membawa manusia kearah kebenaran yang murni & sempurna. Melalui pemikiranya, ia banyak membela para filosuf muslim dari serangan-serangan Imam Al-Ghazali.

Bersambung...!



FILSAFAT  &  KNOWLEDGE

FILSAFAT;

  • Bersifat universal, meliputi seluruh pengetahuan manusia yang tersusun secara umum.
  • Bersifat komperhensif, bertanggung jawab mengungkapkan realitas-realitas umum di segala bidang tentang keberadaaan dan wujud.
  • Menggunakan silogisme (bentuk penalaran berdasarkan kausalitas – hukum sebab akibat); dengan metode rasional dalam berfikir untuk menemukan proposisi-proposisi umum ke proposisi-proposisi yang lebih khusus (dedukasi).
  • Menggarap eksistensi (aspek ontologi) secara umum tanpa batasan untuk menemukan “sebab pertama sebagai pengetahuan primer”, serta menyelidiki fenomena dan prinsip-prinsipnya yang tidak tunduk pada eksperimen langsung secara empirik.


KNOWLEDGE;

  • Bersifat parsial, partikuler sesuai dengan pembidangan dan spesifikasi ilmu yang tersusun secara khusus.
  • Berdasarkan pengalaman sebagai sumber pertama ilmu pengetahuan.
  • Menggunakan pengindaraan dengan metode empirikal, berangkat dari realitas yang berlaku umum (indukasi).
  • Pembatasan daya fikir manusia oleh batas-batas wilayah empirikal menurut masalahnya masing-masing.


PRINSIP METODE FILOSOFIS:

1. Prinsip kausalitas
2. prinsip keselarasan
3. prinsip kesepakatan


PRINSIP METODE ILMU PENGETAHUAN:

1. Prinsip pengindaraan
2. Prinsip pengalaman

PERSAMAAN FILSAFAT & KNOWLEDGE

Sama-sama menggunakan akal sebagai alat berfikir
Sama-sama diterima suatu kebenaran ilmiah
Hubungan keduanya sangat erat dan kuat;
Ilmu pengetahuan memberikan data faktual kepada filsafat
untuk menemukan kesimpulan filsafat baru.
Filsafat membantu ilmu pengetahuan berdasarkan
hukum dan prinsip-prinsip rasional untuk mendukung argumentasi pengalaman
secara ilmiah.

Bersambung...!



TOKOH-TOKOH FILOSOFIS ILMU PEGETAHUAN
(Yang mempertemukan Filsafat & Ilmu, jadi Filsafat Ilmu)

  1. Aristoteles (abad ke-4 SM) dan Plato (abad ke-5 SM)
  • Bahwa konsep-konsep indrawi berdasarkan pengalaman sama dengan konsep universal.
  • Manusia universal bukanlah realitas ideal di alam yang lebih tinggi, melainkan bentuk manusia yang sudah mengalami proses abstarksi.
  • Menurut plato bahwa ilmu pengetahuan berfungsi mengigat kembali informasi-informasi yang pernah diperoleh.
  • Bahwa jiwa manusia ada dan berdiri sendiri, terlepas dari badan sebelum badan itu ada. Karena wujud jiwa itu bebas sebebas-bebasnya dari materi, ia berhubungan dengan alam ide, realitas-realitas yang bebas dari materi.
  • Dua proposisi Plato : pertama, jiwa sudah ada sebelum adanya badan di alam yang lebih tinggi dari pada alam materi. Kedua, bahwa pengetahuan rasional tidak lain adalah pengalaman tantang realitas-realitas yang tatap di alam yang lebih tinggi (archetypes).
  1. Rene Descartes ( 1596 – 1650)
  • Salah seorang tokoh rasionalis dan peletak dasar kebangkitan filsafat di Eropa.
  • Penganut aliaran skeptisisme.
  • Berfikir adalah suatu kebenaran yang pasti. Persolan apakah hasil berfikir itu akan menipu dan menyesatkan manusia atau berfikir akan menimbulkan pemahaman dan pemastian, itu semua merupakan suatu realitas.
  • Secara subjektif ia mengakui pegetahuan intuitif, bahwa secara faktual aku berfikir, setiap pemikir itu ada, karena itu aku ada, tetapi pemikiran manusia itu terbatas dan tidak sempurna.
  • Secara objektif ia percaya bahwa sesuatu tidak mungkin maujud dari ketiadaan. Yang maujud itu adalah gagasan tentang Tuhan yang maha sempurna dan tidak terbatas.
  • Bahwa hakekat ilmu pengetahuan yang benar dan absah adalah fakta yang bisa dipikirkan secara rasional.
  1. John Locke (1632 – 1704)
  • Tokoh empirikal.
  • Bahwa ilmu pengetahuan diperoleh dari hasil pengindaraan dan pengalaman.
  • Indra adalah sumber pokok ilmu pengetahuan, tetapi tidak mempunya nilai filosofis yang pasti.
  • Menurut teorinya, pegetahuan terbagi tiga :
    a. Pegetahuan intuintif (al-ma'rifah al-widaniyyah) berdasarkan pikiran.
    b. Pegetahuan reflektif (al-ma'rifah al-ta'ammuliyyah) diperoleh berdasarkan informasi sebelumnya.
    c. Pengetahuan empirik (berdasakan pengalaman).


Maraji' al-kitab
  1. Falsafatuna, As-Sayyid Muhammad Baqir Ash-Shadr, Iran, 1981.
  2. Mencari Agama, Abad XX, Wasiat Filsafat, Roger Garaudy, paris,1985.
  3. Roda Berputar, Dunia bergulir, Herman Soewardi, Guru Besar Filsafat Ilmu UNPAD, Bandung, 1999.
  4. Local Knowledge, Cilford Geertz, New York, 1983.