Latest Entries »

Sabtu, 11 September 2021

HIDUP ITU UNTUK BELAJAR SEPANJANG HAYAT

 

HIDUP ITU UNTUK BELAJAR SEPANJANG HAYAT

“Menuntut Ilmu itu dari buaian sampai ke liang lahat.” (Hadits) 

Salah satu tugas manusia adalah senantiasa terus belajar untuk mencapai tujuan utama yaitu bahagia di dunia dan akhirat. Bahagia di dunia merupakan dambaan bagi setiap manusia baik itu yang beriman atau tidak beriman. Jalan utama untuk hidup bahagia didunia dengan tercukupi semua kebutuhan hidupnya. Maka jalan utamanya yaitu belajar ilmu pengetahun yang  linier searah dengan kebutuhan hidup manusia di alam dunia ini.

Untuk bisa mendapatkan kebahagian alam akhirat juga dengan belajar ilmu. Balajar ataupun menuntut ilmu agama (Islam) agar bahagia di alam akhrat adalah syarat mutlak yang harus ditunaikan. Belajar ilmu agama (Isam) itu sangat penting agar dapat memahami, menghati dan mengamalkannya sesuai dengan pedoman serta tuntunan agama. Selama nafas masih berhembus, dekat jantung masih bergerak dan darah masih mengalir menutut ilmu itu hukumnya wajib.

Manusia yang saleh sepajang hayatnya pasti didalam kehudupan selalu berusaha agar hidupnya terisi dengan hal-hal yang bermanfaat. Manusia yang saleh juga terus tak jarang belajar untuk berikhtiar mencari yang namanya kebahagian baik itu, kebahagian didunia maupun diakhirat. Inilah hakekat kehidupan manusia yang dicari adalah kebahagian. Puncak kebahagian yang hakiki yaitu manusia mengapai kebahagian akhrat kelak. Hal yang demikian terangkum dalam sabda Rasulullah Saw, barang siapa yang ingin kehidupan dunianya bahagia maka dengan ilmu, barang siapa yang ingin kehidupan akhiratnya bahagia maka dengan ilmu dan barang siapa ingin bahagia keduanya juga dengan dengan ilmu.

Perkembangan zaman yang semakin canggih membuat cara belajar pun dituntut untuk lebih capat untuk mengikuti perkembangan teknologi digital. Perkembangan teknologi digital dalam ranah di dunia pendidikan semakin cepat dan tak tebendung lagi. Bagi lembaga pendidikan yang mengikuti perkembangan teknologi, bisa jadi berkembangnya akan semaikin cepat dan bisa berkompetisi dengan lembaga pendidikan yang lainnya. Akan tetapi lembaga pendidikan yang kurang mengikuti perkembangan teknologi digital, dipastikan akan ketertinggalan jauh bahkan mungkin akan tergilas dengan teknologi digital.

Teknologi digital dalam bidang pendidikan pemebejaran nyaris lebih cepat dan menjadi sangat mudah. Pendidikan dari mulai tingkat SD/MI, SMP/Mts, SMA/MA/SMK, dan sampai perguruan tinggi. Pembelajaran pada tingkat SD/MI pun, sudah memperkenalkan komputer bahkan bisa jadi ada yang sudah mampu mengoprasikan komputer. Apa lagi pada saat sekarang ini, teknologi canggih yang ada digenggaman seperti handphone, bagi anak SD handphone sudah menjadi barang mainan dan teman bermain. Pada tingkat SD/MI dari kelas 4 samapi 6 di daerah perkotaan mereka sudah ada yang bisa membuat akun sendiri sehingga whatsapp, faceboob, youtube dan sebagainya mereka sudah bisa menggunakan serta mengaksesnya. Kalau ini dibiarkan trasformasi informasi justru akan membahayakan perkembangan anak-anak SD/MI kelas 4 sampi 6, harus ada control dari orang tua dirumah dan control sekolah jika berada di sekolah oleh guru dan wali kelasnya.

Dengan perkembangan teknolgi yang super canggih, trasformasi dan informasi semakin cupat. Maka untuk mendapatkan ilmu pengetahuan sangat mudah, baik itu ilmu pengetahuan yang terkait dengan sains maupun  ilmu pengetahun yang terkait dengan agama (Islam).

Ilmu pengetahun yang terkait dengan Islam, berarti berbicara tentang Al-Quran dan hadits-hadits. Tidak bisa dipungkiri bahwa kemajuan Negara-negara Eropa yang super canggih. Hal yang demikian itu, tidak lepas jasa para ulama terdahulu dan karya-karya ilmuan Islam yang yang mashur samapi sekarang. Samapi saat sekarang ini pun pergurun-perguran tinggi di eropa mereka masih mengkaji dan menliti karya-karya besar ilmuan Islam diantaranya Ibnu sina, Ibnu Rusd, Al-Farab dan yang lainnya.

Dahulu waktu penulis masih balajar mengaji di tingkat Mts/SMP, KH. Hamin Effendy, belau berkata pada saya, kamu kalau ingin menjadi Ulama besar kamu harus berlajar dipondok pesantren selama 40 tahun, baru jadi Ulama besar. Saya sebagai santrinya hanya mengiyakan saja. Akan tetapi kalau dilihat perkembangan teknologi digital yang kecangihannya terlihat tampa batas. Maka teori yang disampaikan Pak Kiai sudah menjadi kurang relevan. Dengan kecangihan akses teknologi digital transformasi dan informas ilmu pengetahuan itu menjadi sangat mudah bisa berada digenggaman tangan. Begitu juga ilmu agama (Islam) yang berada di kitab-kitab Ulama besar dahulu, itu bisa didapatan dengan mudah. Tinggal manusianya itu sendiri harus mampu munggunakan masa hidup untuk belajar dan terus belajar, dengan menggunakan kecanggihan tenologi digital sampai akhir hayatnya.

Wallahu ‘alam bis-shawab.

Wassalam,
Amingsa
 September 2021
aminazra.blogspot.com
aminbhsarab.blogspot.com
aminamjad9.blogspot.com