Latest Entries »

Senin, 19 Agustus 2013

IBNU SINA SANG FILOSOF DAN DOKTER SUPER


IBNU SINA
Sang Filosof dan Dokter Super


Mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW., adalah al-Quran al-Karim banyak menguak dan menyimpan berbagai khazanah ilmu pengetahuan sebagai jalan bagi ummat manusia untuk membuka tabir misteri alam ini. Ilmu pengetahuan kedokteran merupakan salah satu khazanah ilmu yang diambil dari kitab suci ummat Islam ini, banyak ilmuan muslim yang mampu menelurkan karya-karya besar dalam dunia kedeoktern.

Ibnu Sina merupakan seorang pionir muslim yang telah menguncangkan dunia kedeoktern dengan mahakarya yang tiada tertandingi, sampai-sampai serjana Barat mengatakan bahwa tidak ada satu rujukan pun dalam ilmu kedokteran yang tidak mengambil rujukan dari Ibnu Sina. Hal ini adalah kontribusi terbesar Ibnu Sina dalam bidang kedokteran dapat dilihat dari karyanya yang terkenal, al-Quran fi al-Tibb. Di Barat lebih terkenal dengan The Canon.

Ibnu Sina di Barat lebih masyhur dengan nama Avicenna. Ia lahir pada tahun 980 di Afghanistan. Pelajaran pertama yang diterimanya adalah pelajaran tentang al-Quran dan sastra, yang diberikan dan ajarkan secara privat. Di samping itu juga, ia mempelajari ilmu Agama seperti: tafsir, fikih dan tasawuf. Dikarenakan kecerdasannya itu, yang luar biasa, Ibnu Sina berhasil menguasai semua ilmu tersebut ketika umurnya masih sangat belia, yakni 10 tahun. Setelah itu Ibnu Sina melanjutkan pendidikannya dengan belajar ilmu hukum, logika, matematika, politik, fisika, kedokteran, dan filsafat. Ibnu Sina dikenal sebagai seorang otodidak yang amat tekun dan cerdas. Dikisahkan, Ibnu Sina menguasai ilmu kedokteran dalam waktu setengah tahun tanpa ada bimbingan seorang guru.
 
Pada usia 17 tahun, Ibnu Sina berhasil menangani penyakit khalifah Nuh bin Mansur. Oleh sebab itu, Ibnu Sina memperoleh izin untuk belajar di perpustakaan pribadi sang khalifah. Di perpustakaan tersebut, ia berkesempatan mendalami ilmunya. Ia mempelajari semua koleksi buku yang ada di tempat itu. Kemudian pada usia 18 tahun, Ibnu Sina telah menguasi seluruh cabang ilmu pengetahuan yang ada pada masanya.

Sepeninggal Ayahnya, Ibnu Sina memutuskan untuk meninggalkan Bukhara menuju Jurjan, dari Jurjan ia terus mengembara hingga tiba Khwarazm, sebelum kemudian sampai ke Mamadzam. Selama dalam perjalanan tersebut, pemikiran filsafat Ibnu Sina semakin bertanbah matang. Pada suatu waktu, ia berhasil membangun pemikiran fisafatnya sendiri sebagai susuatu sistem yang lengkap dan terperinci.

Pada masa itu, Ibnu Sina menghasilkan sebuah karya besar yang berjudul Qanun Fi al-Thibb (Canon of Medicine). Buku ini di anggap sebagai “buku suci” ilmu kedokteran dan dijadikan buku pegangan para mahasiswa Eropa. Buku yang disebut sebagai ensklopedia kedeoktern ini telah menguasai dunia pengobatan Eropa selama kurang lebih 500 tahun. Qonun berarti Ibrani, latin, Perancis, Spanyol, Itali, dan sebagainya. Sejak zaman Dinasti Han di Cina, buku ini menjadi setandar kedokteran Cina. Teori anatomi dan fisiologi yang tertulis di dalamnya telah mendasari sebagian besar analogi manusaia terhadap Negara. Qanun Fi al-Thibb atau Canon of Medicine juga pernah di terbitkan di Roma (1593) dan di India (1323). Salah satu pernyataan dalam buku ini yang menjadi dasar bagi sejumlah teori kedokteran adalah bahwa darah mengalir terus-menerus dalam suatu lingkaran dan tidak akan pernah berhenti.

Ibnu Sina juga menulis sebuah buku tentang penyakit saraf (neurasthenia). Buku tersebut membahas sejumlah metode pembedahan yang menegaskan perlunya luka dibersihkan (disinfection) agar steril. Proses ini di sebut sterilisasi.

Selain dikenal sebagai seorang filosof dan dokter, Ibnu Sina adalah seorang mentri pula. Ia memegang jabatan tersebut pada masa pemerintahan Syamsuddaulah di Hamadzan. Begitu juga, di sela-sela semua kesibukannya, Ibnu Sina terus berkarya dan menghadirkan karya. Pada masa tersebut, Ibnu Sina menulis satu buah karya filsafat monumentalnya yang berjudul asy-Syifa. Di dalam buku ini, Ibnu Sina mengulas berbagai macam ilmu, seperti logika, fisika, matematika, dan metafisika ketuhanan, secara mendalam. Kemudian buku ini di terbitkan di Roma (1593) dan di Mesir (1331). Adapun bagian khusus metafisika dan fisika pernah dicetak dengan cetakan batu di Therean. Sementara itu, pasal keenam dari bagian fisika, yang oleh lembaga keilmuan Cekoslovakia di Parha, sebelum kemudian diterjemahkan dalam bahasa Prancis. Pada tahuan 1951, pemerintah Mesir dan Arab membentuk panitia penyunting asy-Syifa di Cairo.

Keasalian pemikran Ibnu Sina mengudang kekaguman para Ahli Barat dan Timur. Buku terakhir karya Ibnu Sina yang paling baik menurut filosof dunia adalah al-Isyarat wat-Tanbihat. Pada tahun 1892, buku ini diterbitkan di Leiden. Terakhir, al-Isyarat wat-Tanbihat diterbitkan di Kairo pada tahun 1947.

Di tengah-tengah semua kesibukannya tersebut, Ibnu Sina tiba-tiba jatuh sakit. Ia wafat pada tahun 1037 (428) di Hamadzan. Pada tahun 1955, Ibnu Sina dinobatkan sebagai Father of Doctors (bapak kedokteran). Sebuah menumen pun dibangun untuknya. Peristiwa tersebut dalam rangka memperingati 1.000 tahun kelahiran Ibnu Sina (Fair Millenium) di Teheran.

Demikianlah selayang pandang seorang ilmuan muslim yang sangat dikagumi oleh para ilmuan besar dunia dengan karya-karya yang monumental. Banyak gelar yang disandangnya tersebut, seperti “Hujjatul Haq” (Bintang Kebenaran), “ Syaraful Mulk” (Kebanggaan Kerajaan), “al-Syaikh al-Rais” (Mahaguru/Pemimpin) dan gelar kebanggaan lainnya.

Sudah selayaknya dunia kedeoktern banyak berterima kasih atas kontribusi sang Mahaguru ilmu kedokteran yang berjiwa sufi ini. Kebesaran figur Ibnu Sina kini diabadikan nama sebuah Auditorium besar pada fakultas kedeokteran Universitas Paris dan Perancis. Dan menjadi renungan buat kita, biasakah Ibnu Sina di abad modern ini, bangkit kembali untuk mengabil mahkota kedokteran dunia yang kini tengah disandang oleh ilmuan Barat? Sebuah pertanyaan yang harus dijawab dengan meningkatkan potensi diri, mudah-mudahan kita dapat melakukan sesuatu yang berarti bagi bangsa dan agama kita.

Wa Allahu a'lam bisshawab,

Wassalam,
Amingsa syah, Cirebon, Indonesia 2013

0 komentar:

Posting Komentar