Latest Entries »

Kamis, 20 Februari 2014

MAKALAH "TOLERANSI AGAMA DI INDONESIA"




MAKALAH
TOLERANSI AGAMA DI INDONESIA
Tugas Bidang Studi Al-Qur’an Hadits
 

 

 Pembimbing : Amingsa, S.Pd.I, MA
                
Disusun Oleh Kelompok 1:

·          Abdi Setiawan Pangestu
·          Dita Muliawati
·          Hanifah Amrillah
·          Siti Aisah Nahes
·          Weliawati
·          Wiwin
·          Yuliani




KEMENTRIAN AGAMA KOTA CIREBON
MADRASAH ALIYAH NEGERI 3 KOTA CIREBON
Jalan Pilang Raya No.31 Telp./Fax. (0231)202914
Kota Cirebon




Kata Pengantar

Segala puji syukur atas kehadirat Allah subhanahu wata’ala yang telah memberikan anugerah yang tak ternilai harganya yaitu berupa nikmat sehat dan kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam  beserta para keluarga, sahabat, tabi’in dan semoga sampai kepada kita selaku umatnya. Aamiin.
Dalam makalah kali ini kami akan membahas mengenai “Toleransi Agama di Indonesia”. Makalah ini telah disusun dari berbagai sumber, baik buku pelajaran, buku referensi ataupun media internet. Dalam penulisan makalah ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan pengarahan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan disana-sini. Oleh karena itu, kami membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca agar makalah ini bisa lebih baik lagi kedepannya.




Cirebon,   Februari 2014

       Penulis








Daftar Isi
Kata Pengantar ………………………………………………………………………     2
Daftar Isi …………………………………………………………………………….      3
BAB I     PENDAHULUAN
A.    Latar belakang……………………………………………………………………     4   
B.     Rumusan Masalah ……………………………………………………………….      4
C.     Landasan Teoritis ………………………………………………………………..     4
BAB II    PEMBAHASAN
A.    Pengertian Toleransi Agama …………………………………………………….     6
B.     Asbabunuzul Surat Al Kafirun …………………………………………………..    7
C.     Perilaku T  oleransi ……………………………………………………………….     8
D.    Pengakuan Mereka Tentang Toleransi Islam ……………………………………..   9
E.     Pentingnya  Toleransi dalam Beragama ………………………………………….. 10
BAB III    KESIMPULAN
Penutup  ………………………………………………………………………………. 12
Daftar Pustaka ………………………………………………………………………… 13


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Kita sebagai umat Islam diperintahkan untuk bergaul dengan sebaik mungkin dan mampu bertoleransi kepada sesama manusia, baik itu yang seagama maupun berbeda Agama. Meskipun kita diperbolehkan bertoleransi kepada orang lain yang berbeda Agama dengan kita, namun dalam agama Islam memberikan batasan terhadap toleransi tersebut. Oleh karena itu, dalam kontek keyakinan, umat Islam harus tegas, tetapi dalam hal sosial, maka umat Islam harus toleran. Maka di sinilah batasan-batasan toleransi itu.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan toleransi menurut pandangan agama Islam?
2.      Bagaimana bunyi ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang toleransi?
3.      Apa saja contoh toleransi dalam kehidupan sehari-hari?
4.      Bagaimana contoh toleransi di Indonesia maupun di dunia?
5.      Apa pentingnya bertoleransi?

C.    Landasan Teori
قُلۡ يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡكَٰفِرُونَ  ١ لَآ أَعۡبُدُ مَا تَعۡبُدُونَ ٢  وَلَآ أَنتُمۡ عَٰبِدُونَ مَآ أَعۡبُدُ٣ وَلَآ أَنَا۠ عَابِدٞ مَّا عَبَدتُّمۡ ٤ وَلَآ أَنتُمۡ عَٰبِدُونَ مَآ أَعۡبُدُ ٥  لَكُمۡ دِينُكُمۡ وَلِيَ دِينِ ٦
Terjemahan :
1. Katakanlah (Muhammad), “Wahai orang-orang kafir!”
2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah,
3. dan kamu bukan penyembah yang aku sembah,
4. dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah yang aku sembah.
6. Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.

وَمِنۡهُم مَّن يُؤۡمِنُ بِهِۦ وَمِنۡهُم مَّن لَّا يُؤۡمِنُ بِهِۦۚ وَرَبُّكَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُفۡسِدِينَ ٤٠
وَإِن كَذَّبُوكَ فَقُل لِّي عَمَلِي وَلَكُمۡ عَمَلُكُمۡۖ أَنتُم بَرِيٓ‍ُٔونَ مِمَّآ أَعۡمَلُ وَأَنَا۠ بَرِيٓءٞ مِّمَّا تَعۡمَلُونَ ٤١
Terjemahan :
40. Dan Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (Al Qur’an), dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Sedangkan Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.
41. Dan jika mereka (tetap) mendustakanmu (Muhammad), maka katakanlah, "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak bertanggung jawab terhadap apa yang aku kerjakan dan aku pun tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Toleransi

Kata toleransi sangat sulit untuk mendapatkan padanan katanya secara tepat dalam bahasa Arab. Karena kata toleransi sendiri berasal dari bahasa Inggris yaitu tolerance yang artinya toleransi, kelapangan dada. Akan tetapi, kalangan Islam mulai membincangkan topik ini dengan istilah tasamuh. Dalam bahasa Arab, kata tasamuh adalah derivasi (asal mula) dari kata “samh” yang berarti “juud wa karam wa tasahul” dan bukan “to endure without protest” (menahan perasaan tanpa protes) yang merupakan arti asli dari kata “tolerance.” 
      Dalam Islam, toleransi berlaku bagi semua orang, baik itu sesama umat muslim maupun non muslim. Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya Ghair al-Muslimin fii al-Mujtama’ Al-Islami menyebutkan ada empat faktor utama yang meyebabkan toleransi yang unik selalu mendominasi perilaku umat Islam terhadap non muslim yaitu
1.    Keyakinan terhadap kemuliaan manusia, apapun agamanya, kebangsaannya dan kerukunannya.
2.  Perbedaan bahwa manusia dalam agama dan keyakinan merupakan realitas yang dikehendaki Allah subhanahuwata’ala yang telah memberi mereka kebebasan untuk memilih iman dan kufur.
3. Seorang muslim tidak dituntut untuk mengadili kekafiran seseorang atau menghakimi sesatnya orang lain. Allah sajalah yang akan menghakiminya nanti.
4. Keyakinan bahwa Allah subhanahuwata’ala memerintahkan untuk berbuat adil dan mengajak kepada budi pekerti mulia meskipun kepada orang musyrik. Allah juga mencela perbuatan dzalim meskipun terhadap kafir.
Untuk memahami konsep tasamuh lebih mendalam, tentu kita tidak dapat lepas dari conceptual network yang ada dalam ayat-ayat al-Qur’an. Sebab, konsep tasamuh tidak akan mudah dipahami tanpa dikaitkan dengan konsep-konsep dasar yang membentuk pandangan umum tentang konsep tasamuh. Secara umum, konsep tasamuh mengandung makna kasih sayang (ar-Rahmah), keadilan (al-‘Adalah), keselamatan (as-salam), dan ketauhidan (at-Tauhid). Konsep-konsep dasar inilah yang mengikat makna tasamuh dalam Islam. Dan masing-masing konsep tidak dapat dipisahkan karena semuanya memiliki makna yang saling terkait. Konsep tersebut merupakan ciri khas Islam yang mampu membedakan toleransi perspektif Islam dengan lainnya. Oleh karena itu, hendaknya pendidikan toleransi beragama diarahkan kepada konsep-konsep dasar (perspektif Islam) tersebut.

B.      Asbabun Nuzul Surat Al-Kafirun
Surat Al Kaafirun adalah surat ke 109 dalam Al-Qur'an
Surat ini terdiri atas 6 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Al Maa'uun. Dinamai Al Kaafiruun (orang-orang kafir), diambil dari perkataan Al Kaafiruun yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Pokok-pokok isinya yaitu Pernyataan Tuhan yang disembah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan pengikut-pengikutnya bukanlah apa yang disembah oleh orang-orang kafir, dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak akan menyembah apa yang disembah oleh orang-orang kafir.
        Sebab turunnya surat Al-Kaafirun dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa kaum Quraisy berusaha mempengaruhi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan menawarkan kekayaan agar beliau menjadi seorang yang paling kaya di kota Makkah, dan akan dikawinkan dengan yang beliau kehendaki. Usaha ini disampaikan dengan berkata: "Inilah yang kami sediakan bagimu hai Muhammad, dengan syarat agar engkau jangan memaki-maki tuhan kami dan menjelekkannya, atau sembahlah tuhan-tuhan kami selama setahun." Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: "Aku akan menunggu wahyu dari Tuhanku." Maka turunlah Surat Al Kafirun ayat 1-6. Surat Al- Kafirun mengisyaratkan tentang habisnya semua harapan orang-orang kafir dalam usaha mereka agar Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam meninggalkan da'wahnya. Turunnya surat Al-Kafirun juga berkenaan dengan peristiwa sebagai perintah untuk menolak tawaran kaum kafir. Dan turun pula Surat Az Zumar ayat 64 sebagai perintah untuk menolak ajakan orang-orang bodoh yang menyembah berhala.         (Diriwayatkan oleh at-Thabarani dan Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas.)

 قُلۡ أَفَغَيۡرَ ٱللَّهِ تَأۡمُرُوٓنِّيٓ أَعۡبُدُ أَيُّهَا ٱلۡجَٰهِلُونَ ٦٤
Katakanlah: "Maka apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Allah, hai orang-orang yang tidak berpengetahuan?

C.    Perilaku Toleransi

Adapun salah satu bentuk toleransi dalam Islam adalah menghormati keyakinan orang lain. Islam menghormati umat Yahudi yang beribadah di hari Sabtu dan sama halnya kepada umat Kristen yang beribadah ke gereja pada hari Minggu. Toleransi dalam Islam pun telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana diriwayatkan oleh al-Bukhari bahwa suatu ketika ada jenazah orang Yahudi melintas di tepi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat, seketika itu pula Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berhenti dan berdiri. Kemudian salah satu sahabat berkata : “Kenapa engkau berhenti Ya Rasulullah? Sedangkan itu adalah jenazah orang Yahudi.” Nabi pun berkata : “Bukankah dia juga manusia?” Hadits ini menunjukkan bahwa toleransi dalam perspektif Islam berlaku kepada semua manusia tanpa terkecuali, termasuk kepada orang yang berbeda agama. Namun, yang perlu ditekankan lagi adalah bentuk kemudahan dalam bermualamah bukan pemaksaan dalam hal keyakinan. Prinsip ini tercermin dalam sejarah Islam, ketika itu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus Mu’adz dan Abu Musa untuk pergi ke Yaman. Salah satu nasehat Nabi kepada mereka berdua ialah “Mudahkanlah dan jangan kalian mempersulit”.
Contoh pelaksanaan toleransi yang lain antara umat beragama seperti membangun jembatan, memperbaiki tempat-tempat umum, membantu orang yang kena musibah banjir, membantu korban kecelakaan lalu-lintas dan sebagainya. Jadi, bentuk kerjasama ini harus kita wujudkan dalam kegiatan yang bersifat sosial kemasyarakatan dan tidak menyinggung keyakinan agama masing-masing. Kita sebagai umat beragama berkewajiban menahan diri untuk tidak menyinggung perasaan umat beragama yang lain. Hidup rukun dan bertoleransi tidak berarti bahwa agama yang satu dan agama yang lainnya dicampuradukkan. Jadi sekali lagi melalui toleransi ini diharapkan terwujud ketenangan, ketertiban, serta keaktifan menjalankan ibadah menurut agama dan keyakinan masing-masing. Dengan sikap saling menghargai dan saling menghormati itu, akan terbina peri kehidupan yang rukun, tertib, dan damai.

D.    Pengakuan Mereka Tentang Toleransi Islam
1. Pengakuan Pejabat Pemerintah
     Menteri Agama Suryadharma Ali menyatakan Indonesia merupakan bangsa yang memiliki kerukunan umat beragama terbaik di dunia. Alasannya, Pemerintah Indonesia membuat hari khusus untuk hari besar keagamaan. "Toleransi beragama yang paling toleran di dunia adalah Indonesia," kata Suryadharma. Ia mencontohkan, hari besar agama menjadi hari libur nasional seperti Idul Fitri, Natal, Nyepi, dan Waisak, bahkan Hari Raya Imlek. Sementara, Presiden SBY yang notabene beragama Islam, juga ikut merayakan semua hari besar keagamaan. "Presiden dan wakil presiden ikut merayakan karena beragama Islam. Tapi, Natal itu kan kan tanggal merah, tapi presiden dan wakil presiden kita yang beragama Islam ikut merayakan. Nah, sekarang tunjukkan kepada saya negara mana yang seperti itu. Amerika sekalipun (tidak ada). Inilah yang terbaik," tuturnya.
      Walaupun Indonesia dianggap toleransi terbaik di dunia, tetapi masih ada sikap beberapa golongan masyarakat yang memaksakan kehendak penganut agama lain atau aliran lain untuk memaksakan ikut ajarannya. Contohnya seperti pengusiran warga syiah di Madura, pembongkaran gereja di lingkungan komunitas Islam di Depok. Pembakaran masjid Ahmadiyah di Kuningan, dan pengeboman gereja di Jakarta juga Solo.
      Suryadharma Ali juga tak membantah bahwa hal itu masih ada dan berbagai konflik agama yang terjadi di Indonesia. Tapi, konflik itu, kata dia, adalah hal wajar. "Kenapa? Karena fitrah manusia, diciptakan Allah termasuk di dalamnya ada sifat amarah. Sifat amarah diatur oleh agama. Hai, orang beriman, jangan cepat marah. Diatur juga oleh undang-undang. Tunjukkan di mana yang tidak ada konflik. Konflik itu wajar selama manusia dilengkapi sifat amarah," bebernya. Ketua Umum PPP membeberkan, persoalan konflik agama tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di negara-negara lain.
2. Pengakuan Sejarawan Barat
     Islam memiliki sikap toleransi yang begitu  besar terhadap pengikut agama lain, baik Yahudi, Majusi, Hindu maupun agama lainnya. Ini adalah salah satu keistimewaan yang dimiliki oleh umat Islam bahkan hal ini tercatat oleh sejarawan Eropa yang bersikap objektif dan fair dalam menilai sejarah Islam.Eropa yang bersikap objektif dan fair dalam menilai sejarah Islam. Di antara mereka adalah seorang sejarawan dan filosof Perancis yang bernama Gustave Leobone. Ia menuliskannya dalam buku Hadharah al-Arab. Pada buku tersebut ia menulis :
      Dari berbagai ayat Al-Qur’an yang saya kutip di atas, saya mendapatkan bahwa sikap toleransi Muhammad terhadap penganut agam Yahudi dan Nasrani, benar-benar sangat agung. Sikap seperti ini tidak pernah dilakukan oleh para pendiri agama apa pun sebelumnya, baik oleh Yahudi sendiri ataupun Nasrani. Kita juga mendapatkan bagaimana generasi setelah Muhammad melakukan hal yang sama. Sikap roleran tersebut telah diakui pula oleh para pemikir Eropa yang ragu terhadap sejarah Arab. Beberapa kutipan berikut akan membuktikan bahwa pengakuan tersebut bukan hanya saya yang melakukannya, tetapi juga para pemikir Eropa sebelum saya.
      Dalam salah satu bukunya, Robertson berkata :”Hanya orang Islam-lah yang telah mampu memadukan antara sikap militansi terhadap agamanya dengan sikap toleran terhadap para pengikut agama lain. Karena selain mereka sangat bersemangat untuk menyebarkan agamanya, tetapi mereka juga tetap membiarkan mereka yang tidak mau masuk Islam hidup penuh kebebasan dengan tetap memegang terus agamanya masing-masing.”

       Toleransi dalam beragama sangatlah vital dalam kondisi negara kita Indonesia yang sangat multikultural. Kita sebelumnya harus bertanya pentingkah toleransi dalam beragama? Tentu kalau kamu cinta perdamaian dan iman akan Tuhan tentu toleransi sangatlah penting untuk dijunjung tinggi. Di negara tercinta ini telah jelas mengakui adanya agama dan adanya beberapa agama yang diakui. Sebagai bangsa yang besar dan kaya akan budaya dan perbedaan kita harus mulai belajar untuk melakukan toleransi terhadap orang yang berbeda pandangan dengan kita. Ingat Semboyan Negara Ini "Bhinneka Tunggal Ika”. Mungkin tidak mudah untuk belajar toleransi apalagi dalam hal beragama karena agama ialah hal yang sangat luhur dan tidak bisa diganggu gugat. Tapi perlu disadari pada hakikatnya agama mengutamakan perdamaian sejati. Dan ada satu hal lagi yang membuat kita buta akan perbedaan. Agama adalah suatu pilihan bebas tiap individu dan tiap agama benar adanya kecuali muncul agama yang mengajarkan nilai nilai keburukan.
Mengapa Toleransi Dalam Beragama Sangat Penting?
      Toleransi umat beragama sangat penting untuk menjaga kesatuan bangsa kita. Tujuan yang lebih luasnya lagi untuk menjaga perdamaian dunia. Setiap orang akan sangat sensistif terhadap masalah agama. Oleh karena itu sangat disayangkan sekali kalau banyak nyawa yang akan mati disebebkan oleh perbedaan pandangan yang sejatiya memang berbeda. Jadikan perbedaan itu indah adalah pola pkir yang baik untuk mengawali misi penting menjaga kerukunan antar sesama.
Mengawali Tindakan Toleransi
       Mengawali sebuah tindakan tentu menjadi kunci apakah dapat berjalan dengan baik atau hanya akan bertahan sebentar saja. Pola pikir yang baik dan tepat akan membawa kamu pada sikap nyata yang tepat pula. Kita yang hidup di era globalisasi harus mulai terbiasa dengan alur hidup yang serba instan dan beragam. Semakin lama kita harus sadar kalau pilihan itu semakin banyak dan berbeda pendapat itu adalah hal yang wajar. Hak Asasi Manusia di zaman modern ini lebih baik dari sebelumnya sehingga toleransi dalam beragama haruslah ditingkatkan untuk menjaga tiap hak warga negara dengan baik.
Apakah kita sudah Toleransi??
        Ini adalah pertanyaan relfeksi buat kita semua terutama yang mengaku punya agama. Apakah kita sudah menerapkan toleransi beragama dalam kehidupan sehari hari. Apakah kita sebagai umat beragama sudah merasa aman untuk beribadah? Kalau sudah berarti lingkungan tempat anda tinggal sudah bisa menerapkan nilai toleransi yang baik. Lalu Apakah kita tidak di diskriminasi karena agama ? Kalau kamu tidak mengalami diskriminasi tandanya lingkunganmu sudah baik dalam mewujudkan nilai toleransi.
                                                              


                                                               BAB III
KESIMPULAN
A. Penutup
      Terkait dengan kemanusiaan, pemahaman boleh, bahkan mengajak mereka untuk berdialog untuk mencari titik temu, tentang mana yang boleh kita lakukan dan tidak. Maka ketika ada orang lain, mengajak untuk mengikuti ibadahnya, atau mereka mengikuti ibadah kita, kita juga harus tegas menolak dan melarangnnya. Jadi tidak ada istilah basa-basi atau sungkan, dalam kaitannya dengan aqidah. Tetapi dalam bahasa sosial, kita harus bisa menjadi orang yang menghormati orang lain, melindungi orang lain, walaupun mereka berbeda keyakinan. Karena dengan sikap seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallu’alaihi wasallam inilah yang menjadikan Islam tersebar ke seluruh penjuru dunia. Bahkan tidak sampai dua abad, Islam telah tersebar ke dua pertiga dunia. Hal ini disebabkan oleh ketegasan Rasulullah shallallu’alaihi wasallam dan karena sikap toleransi Rasulullah shallallu’alaihi wasallam.




Daftar Pustaka

moh     amadhidayatulloh.wordpress.com/.../keberagaman-toleransi-beragma.
harysukasuka.blogspot.comreligi
www.tribunnews.comNasionalUmum
Rajasa, Sutan. 2002. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Karya Utama
www.masjidalakbar.com/khutbah1.php?no=87 
tommysyatriadi.blogspot.comagama
ismailonline.com/toleransi-dalam-pandangan-islam/
John M.Echols, Hassan Shadily.2003.Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

 
Waallahu a'lam bishawab.

Wassalam,
Amingsa syah, Cirebon, Indonesia 2014

1 komentar:

ESQ Corner mengatakan...

Moga makalahnya bermanfaat ya...... selamat dan sukses ya..... buat kelompok 1 kelas 12 IPA 2........

Posting Komentar