MAKALAH
TOLERANSI AGAMA DI INDONESIA
Tugas Bidang Studi Al-Qur’an Hadits
Pembimbing : Amingsa, S.Pd.I, MA
Disusun Oleh Kelompok
1:
·
Abdi
Setiawan Pangestu
·
Dita
Muliawati
·
Hanifah
Amrillah
·
Siti
Aisah Nahes
·
Weliawati
·
Wiwin
·
Yuliani
KEMENTRIAN AGAMA KOTA CIREBON
MADRASAH ALIYAH
NEGERI 3 KOTA CIREBON
Jalan Pilang Raya
No.31 Telp./Fax. (0231)202914
Kota Cirebon
Kata
Pengantar
Segala puji syukur atas kehadirat Allah subhanahu wata’ala yang telah memberikan
anugerah yang tak ternilai harganya yaitu berupa nikmat sehat dan kekuatan,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat
serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam beserta para keluarga, sahabat, tabi’in dan
semoga sampai kepada kita selaku umatnya. Aamiin.
Dalam makalah kali ini kami akan membahas
mengenai “Toleransi Agama di Indonesia”. Makalah ini telah disusun dari
berbagai sumber, baik buku pelajaran, buku referensi ataupun media internet.
Dalam penulisan makalah ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan dan pengarahan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari dalam
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan disana-sini. Oleh karena itu, kami
membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca agar makalah ini bisa lebih baik
lagi kedepannya.
Cirebon,
Februari 2014
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar ……………………………………………………………………… 2
Daftar Isi
……………………………………………………………………………. 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
belakang…………………………………………………………………… 4
B. Rumusan
Masalah ………………………………………………………………. 4
C. Landasan
Teoritis ……………………………………………………………….. 4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Toleransi Agama …………………………………………………….
6
B. Asbabunuzul
Surat Al Kafirun …………………………………………………..
7
C. Perilaku
T oleransi ………………………………………………………………. 8
D. Pengakuan
Mereka Tentang Toleransi Islam …………………………………….. 9
BAB III KESIMPULAN
Penutup ………………………………………………………………………………. 12
Daftar Pustaka
………………………………………………………………………… 13
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kita
sebagai umat Islam diperintahkan untuk bergaul dengan sebaik mungkin dan mampu
bertoleransi kepada sesama manusia, baik itu yang seagama maupun berbeda Agama.
Meskipun kita diperbolehkan bertoleransi kepada orang lain yang berbeda Agama
dengan kita, namun dalam agama Islam memberikan batasan terhadap toleransi
tersebut. Oleh karena itu, dalam kontek keyakinan, umat Islam harus tegas,
tetapi dalam hal sosial, maka umat Islam harus toleran.
Maka di sinilah batasan-batasan toleransi itu.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan toleransi menurut pandangan agama Islam?
2. Bagaimana
bunyi ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang toleransi?
3. Apa
saja contoh toleransi dalam kehidupan sehari-hari?
4. Bagaimana
contoh toleransi di Indonesia maupun di dunia?
5. Apa
pentingnya bertoleransi?
C.
Landasan
Teori
قُلۡ
يَٰٓأَيُّهَا ٱلۡكَٰفِرُونَ ١ لَآ أَعۡبُدُ مَا
تَعۡبُدُونَ ٢ وَلَآ أَنتُمۡ عَٰبِدُونَ
مَآ أَعۡبُدُ٣ وَلَآ أَنَا۠ عَابِدٞ مَّا عَبَدتُّمۡ ٤ وَلَآ أَنتُمۡ
عَٰبِدُونَ مَآ أَعۡبُدُ ٥ لَكُمۡ
دِينُكُمۡ وَلِيَ دِينِ ٦
Terjemahan :
1. Katakanlah (Muhammad),
“Wahai orang-orang kafir!”
2. Aku tidak akan
menyembah apa yang kamu sembah,
3. dan kamu bukan
penyembah yang aku sembah,
4. dan aku tidak pernah
menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5. dan kamu tidak pernah
(pula) menjadi penyembah yang aku sembah.
6. Untukmu agamamu, dan
untukku agamaku.
وَمِنۡهُم
مَّن يُؤۡمِنُ بِهِۦ وَمِنۡهُم مَّن لَّا يُؤۡمِنُ بِهِۦۚ وَرَبُّكَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُفۡسِدِينَ
٤٠
وَإِن
كَذَّبُوكَ فَقُل لِّي عَمَلِي وَلَكُمۡ عَمَلُكُمۡۖ أَنتُم بَرِيُٓٔونَ مِمَّآ
أَعۡمَلُ وَأَنَا۠ بَرِيٓءٞ مِّمَّا تَعۡمَلُونَ ٤١
Terjemahan :
40. Dan
Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (Al Qur’an), dan di
antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Sedangkan Tuhanmu
lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan.
41.
Dan jika mereka (tetap) mendustakanmu (Muhammad), maka katakanlah, "Bagiku
pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu tidak bertanggung jawab terhadap apa
yang aku kerjakan dan aku pun tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu
kerjakan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Toleransi
Kata toleransi
sangat sulit untuk mendapatkan padanan katanya secara tepat dalam bahasa Arab. Karena
kata toleransi sendiri berasal dari bahasa Inggris yaitu tolerance yang artinya toleransi, kelapangan dada. Akan tetapi,
kalangan Islam mulai membincangkan topik ini dengan istilah tasamuh. Dalam
bahasa Arab, kata tasamuh adalah derivasi (asal mula) dari kata “samh”
yang berarti “juud wa karam wa tasahul” dan bukan “to endure without
protest” (menahan perasaan tanpa protes)
yang merupakan arti asli dari kata “tolerance.”
Dalam Islam, toleransi berlaku bagi semua orang, baik itu sesama umat muslim maupun non muslim. Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya Ghair al-Muslimin fii al-Mujtama’ Al-Islami menyebutkan ada empat faktor utama yang meyebabkan toleransi yang unik selalu mendominasi perilaku umat Islam terhadap non muslim yaitu
Dalam Islam, toleransi berlaku bagi semua orang, baik itu sesama umat muslim maupun non muslim. Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya Ghair al-Muslimin fii al-Mujtama’ Al-Islami menyebutkan ada empat faktor utama yang meyebabkan toleransi yang unik selalu mendominasi perilaku umat Islam terhadap non muslim yaitu
1. Keyakinan terhadap kemuliaan
manusia, apapun agamanya, kebangsaannya dan kerukunannya.
2. Perbedaan bahwa manusia dalam agama
dan keyakinan merupakan realitas yang dikehendaki Allah subhanahuwata’ala yang telah memberi mereka kebebasan untuk memilih
iman dan kufur.
3. Seorang muslim tidak dituntut untuk
mengadili kekafiran seseorang atau menghakimi sesatnya orang lain. Allah
sajalah yang akan menghakiminya nanti.
4. Keyakinan bahwa Allah subhanahuwata’ala memerintahkan untuk
berbuat adil dan mengajak kepada budi pekerti mulia meskipun kepada orang
musyrik. Allah juga mencela perbuatan dzalim meskipun terhadap kafir.
Untuk memahami konsep tasamuh lebih mendalam, tentu
kita tidak dapat lepas dari conceptual network yang ada dalam ayat-ayat
al-Qur’an. Sebab, konsep tasamuh tidak akan mudah dipahami tanpa dikaitkan
dengan konsep-konsep dasar yang membentuk pandangan umum tentang konsep
tasamuh. Secara umum, konsep tasamuh mengandung makna kasih sayang (ar-Rahmah),
keadilan (al-‘Adalah), keselamatan (as-salam), dan ketauhidan (at-Tauhid).
Konsep-konsep dasar inilah yang mengikat makna tasamuh dalam Islam. Dan
masing-masing konsep tidak dapat dipisahkan karena semuanya memiliki makna yang
saling terkait. Konsep tersebut merupakan ciri khas Islam yang mampu membedakan
toleransi perspektif Islam dengan lainnya. Oleh karena itu, hendaknya
pendidikan toleransi beragama diarahkan kepada konsep-konsep dasar (perspektif
Islam) tersebut.
B.
Asbabun Nuzul Surat Al-Kafirun
Surat
Al Kaafirun adalah surat ke 109 dalam Al-Qur'an
Surat ini terdiri atas 6 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Al Maa'uun. Dinamai Al Kaafiruun (orang-orang kafir), diambil dari perkataan Al Kaafiruun yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Pokok-pokok isinya yaitu Pernyataan Tuhan yang disembah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan pengikut-pengikutnya bukanlah apa yang disembah oleh orang-orang kafir, dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak akan menyembah apa yang disembah oleh orang-orang kafir.
Surat ini terdiri atas 6 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat Al Maa'uun. Dinamai Al Kaafiruun (orang-orang kafir), diambil dari perkataan Al Kaafiruun yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Pokok-pokok isinya yaitu Pernyataan Tuhan yang disembah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan pengikut-pengikutnya bukanlah apa yang disembah oleh orang-orang kafir, dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak akan menyembah apa yang disembah oleh orang-orang kafir.
Sebab turunnya surat Al-Kaafirun dalam
suatu riwayat dikemukakan bahwa kaum Quraisy berusaha mempengaruhi Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam
dengan menawarkan kekayaan agar beliau menjadi seorang yang paling kaya di kota
Makkah, dan akan dikawinkan dengan yang beliau kehendaki. Usaha ini disampaikan
dengan berkata: "Inilah yang kami sediakan bagimu hai Muhammad, dengan
syarat agar engkau jangan memaki-maki tuhan kami dan menjelekkannya, atau
sembahlah tuhan-tuhan kami selama setahun." Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam
menjawab: "Aku akan menunggu wahyu dari Tuhanku." Maka turunlah Surat
Al Kafirun ayat 1-6. Surat Al- Kafirun mengisyaratkan tentang habisnya semua
harapan orang-orang kafir dalam usaha mereka agar Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam
meninggalkan da'wahnya. Turunnya surat Al-Kafirun juga berkenaan
dengan peristiwa sebagai perintah untuk menolak tawaran kaum kafir. Dan turun
pula Surat Az Zumar ayat 64 sebagai perintah untuk menolak ajakan orang-orang
bodoh yang menyembah berhala. (Diriwayatkan
oleh at-Thabarani dan Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas.)
قُلۡ
أَفَغَيۡرَ ٱللَّهِ تَأۡمُرُوٓنِّيٓ أَعۡبُدُ أَيُّهَا ٱلۡجَٰهِلُونَ ٦٤
Katakanlah: "Maka apakah
kamu menyuruh aku menyembah selain Allah, hai orang-orang yang tidak berpengetahuan?
C.
Perilaku Toleransi
Adapun salah satu bentuk toleransi
dalam Islam adalah menghormati keyakinan orang lain. Islam menghormati umat
Yahudi yang beribadah di hari Sabtu dan sama halnya kepada umat Kristen yang
beribadah ke gereja pada hari Minggu. Toleransi dalam Islam pun telah
dicontohkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana diriwayatkan oleh
al-Bukhari bahwa suatu ketika ada jenazah orang Yahudi melintas di tepi Nabi
Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam
dan para sahabat, seketika itu pula Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berhenti dan berdiri. Kemudian
salah satu sahabat berkata : “Kenapa engkau berhenti Ya Rasulullah? Sedangkan
itu adalah jenazah orang Yahudi.” Nabi pun berkata : “Bukankah dia juga
manusia?” Hadits ini menunjukkan bahwa toleransi dalam perspektif Islam
berlaku kepada semua manusia tanpa terkecuali, termasuk kepada orang yang berbeda
agama. Namun, yang perlu ditekankan lagi adalah bentuk kemudahan dalam bermualamah
bukan pemaksaan dalam hal keyakinan. Prinsip ini tercermin dalam sejarah Islam,
ketika itu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus Mu’adz dan Abu Musa untuk
pergi ke Yaman. Salah satu nasehat Nabi kepada mereka berdua ialah “Mudahkanlah
dan jangan kalian mempersulit”.
Contoh pelaksanaan
toleransi yang lain antara umat beragama seperti membangun
jembatan, memperbaiki tempat-tempat umum, membantu orang yang kena
musibah banjir, membantu korban kecelakaan lalu-lintas
dan sebagainya. Jadi, bentuk
kerjasama ini harus kita wujudkan dalam kegiatan yang bersifat sosial
kemasyarakatan dan tidak menyinggung keyakinan agama masing-masing. Kita
sebagai umat beragama berkewajiban menahan diri untuk tidak menyinggung
perasaan umat beragama yang lain. Hidup rukun dan bertoleransi tidak berarti
bahwa agama yang satu dan agama yang lainnya dicampuradukkan. Jadi sekali lagi
melalui toleransi ini diharapkan terwujud ketenangan, ketertiban, serta keaktifan
menjalankan ibadah menurut agama dan keyakinan masing-masing. Dengan sikap
saling menghargai dan saling menghormati itu, akan terbina peri kehidupan yang
rukun, tertib, dan damai.
D.
Pengakuan
Mereka Tentang Toleransi Islam
1.
Pengakuan Pejabat Pemerintah
Menteri Agama Suryadharma Ali
menyatakan Indonesia merupakan bangsa yang memiliki kerukunan umat beragama
terbaik di dunia. Alasannya, Pemerintah Indonesia membuat hari khusus untuk
hari besar keagamaan. "Toleransi beragama yang paling toleran di dunia
adalah Indonesia," kata Suryadharma. Ia mencontohkan, hari besar agama
menjadi hari libur nasional seperti Idul Fitri, Natal, Nyepi, dan Waisak,
bahkan Hari Raya Imlek. Sementara, Presiden SBY yang notabene beragama Islam,
juga ikut merayakan semua hari besar keagamaan. "Presiden dan wakil
presiden ikut merayakan karena beragama Islam. Tapi, Natal itu kan kan tanggal
merah, tapi presiden dan wakil presiden kita yang beragama Islam ikut merayakan.
Nah, sekarang tunjukkan kepada saya negara mana yang seperti itu. Amerika
sekalipun (tidak ada). Inilah yang terbaik," tuturnya.
Walaupun Indonesia dianggap toleransi
terbaik di dunia, tetapi masih ada sikap beberapa golongan masyarakat yang memaksakan
kehendak penganut agama lain atau aliran lain untuk memaksakan ikut ajarannya.
Contohnya seperti pengusiran warga syiah di Madura, pembongkaran gereja di
lingkungan komunitas Islam di Depok. Pembakaran masjid Ahmadiyah di Kuningan,
dan pengeboman gereja di Jakarta juga Solo.
Suryadharma Ali juga tak membantah bahwa
hal itu masih ada dan berbagai konflik agama yang terjadi di Indonesia. Tapi,
konflik itu, kata dia, adalah hal wajar. "Kenapa? Karena fitrah manusia,
diciptakan Allah termasuk di dalamnya ada sifat amarah. Sifat amarah diatur
oleh agama. Hai, orang beriman, jangan cepat marah. Diatur juga oleh
undang-undang. Tunjukkan di mana yang tidak ada konflik. Konflik itu wajar
selama manusia dilengkapi sifat amarah," bebernya. Ketua Umum PPP
membeberkan, persoalan konflik agama tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi
juga di negara-negara lain.
2.
Pengakuan Sejarawan Barat
Islam memiliki sikap toleransi yang begitu besar terhadap pengikut agama lain, baik
Yahudi, Majusi, Hindu maupun agama lainnya. Ini adalah salah satu keistimewaan
yang dimiliki oleh umat Islam bahkan hal ini tercatat oleh sejarawan Eropa yang
bersikap objektif dan fair dalam menilai sejarah Islam.Eropa yang bersikap
objektif dan fair dalam menilai sejarah Islam. Di antara mereka adalah seorang
sejarawan dan filosof Perancis yang bernama Gustave Leobone. Ia menuliskannya
dalam buku Hadharah al-Arab. Pada buku tersebut ia menulis :
Dari berbagai ayat Al-Qur’an yang saya kutip di atas, saya mendapatkan
bahwa sikap toleransi Muhammad terhadap penganut agam Yahudi dan Nasrani,
benar-benar sangat agung. Sikap seperti ini tidak pernah dilakukan oleh para
pendiri agama apa pun sebelumnya, baik oleh Yahudi sendiri ataupun Nasrani.
Kita juga mendapatkan bagaimana generasi setelah Muhammad melakukan hal yang
sama. Sikap roleran tersebut telah diakui pula oleh para pemikir Eropa yang
ragu terhadap sejarah Arab. Beberapa kutipan berikut akan membuktikan bahwa
pengakuan tersebut bukan hanya saya yang melakukannya, tetapi juga para pemikir
Eropa sebelum saya.
Dalam salah satu bukunya, Robertson berkata :”Hanya orang Islam-lah yang
telah mampu memadukan antara sikap militansi terhadap agamanya dengan sikap
toleran terhadap para pengikut agama lain. Karena selain mereka sangat bersemangat
untuk menyebarkan agamanya, tetapi mereka juga tetap membiarkan mereka yang
tidak mau masuk Islam hidup penuh kebebasan dengan tetap memegang terus
agamanya masing-masing.”
Toleransi dalam beragama sangatlah vital dalam kondisi
negara kita Indonesia yang sangat multikultural. Kita sebelumnya harus bertanya
pentingkah toleransi dalam beragama? Tentu kalau kamu cinta perdamaian dan iman
akan Tuhan tentu toleransi sangatlah penting untuk dijunjung tinggi. Di negara
tercinta ini telah jelas mengakui adanya agama dan adanya beberapa agama yang
diakui. Sebagai bangsa yang besar dan kaya akan budaya dan perbedaan kita harus
mulai belajar untuk melakukan toleransi terhadap orang yang berbeda pandangan
dengan kita. Ingat Semboyan Negara Ini "Bhinneka Tunggal Ika”. Mungkin
tidak mudah untuk belajar toleransi apalagi dalam hal beragama karena agama
ialah hal yang sangat luhur dan tidak bisa diganggu gugat. Tapi perlu disadari
pada hakikatnya agama mengutamakan perdamaian sejati. Dan ada satu hal lagi
yang membuat kita buta akan perbedaan. Agama adalah suatu pilihan bebas tiap
individu dan tiap agama benar adanya kecuali muncul agama yang mengajarkan
nilai nilai keburukan.
Mengapa Toleransi Dalam Beragama Sangat Penting?
Toleransi umat beragama sangat penting untuk menjaga
kesatuan bangsa kita. Tujuan yang lebih luasnya lagi untuk menjaga perdamaian
dunia. Setiap orang akan sangat sensistif terhadap masalah agama. Oleh karena
itu sangat disayangkan sekali kalau banyak nyawa yang akan mati disebebkan oleh
perbedaan pandangan yang sejatiya memang berbeda. Jadikan perbedaan itu indah
adalah pola pkir yang baik untuk mengawali misi penting menjaga kerukunan antar
sesama.
Mengawali Tindakan Toleransi
Mengawali sebuah tindakan tentu menjadi
kunci apakah dapat berjalan dengan baik atau hanya akan bertahan sebentar saja.
Pola pikir yang baik dan tepat akan membawa kamu pada sikap nyata yang tepat
pula. Kita yang hidup di era globalisasi harus mulai terbiasa dengan alur hidup
yang serba instan dan beragam. Semakin lama kita harus sadar kalau pilihan itu
semakin banyak dan berbeda pendapat itu adalah hal yang wajar. Hak Asasi Manusia
di zaman modern ini lebih baik dari sebelumnya sehingga toleransi dalam
beragama haruslah ditingkatkan untuk menjaga tiap hak warga negara dengan baik.
Apakah kita sudah Toleransi??
Ini adalah
pertanyaan relfeksi buat kita semua terutama yang mengaku punya agama. Apakah
kita sudah menerapkan toleransi beragama dalam kehidupan sehari hari. Apakah
kita sebagai umat beragama sudah merasa aman untuk beribadah? Kalau sudah
berarti lingkungan tempat anda tinggal sudah bisa menerapkan nilai toleransi yang
baik. Lalu Apakah kita tidak di diskriminasi karena agama ? Kalau kamu tidak mengalami diskriminasi
tandanya lingkunganmu sudah baik dalam mewujudkan nilai toleransi.
BAB III
KESIMPULAN
A.
Penutup
Terkait dengan kemanusiaan, pemahaman
boleh, bahkan mengajak mereka untuk berdialog untuk mencari titik temu, tentang
mana yang boleh kita lakukan dan tidak. Maka ketika ada orang lain, mengajak
untuk mengikuti ibadahnya, atau mereka mengikuti ibadah kita, kita juga harus
tegas menolak dan melarangnnya. Jadi tidak ada istilah basa-basi atau sungkan,
dalam kaitannya dengan aqidah. Tetapi dalam bahasa sosial, kita harus bisa
menjadi orang yang menghormati orang lain, melindungi orang lain, walaupun
mereka berbeda keyakinan. Karena dengan sikap seperti yang dicontohkan oleh
Rasulullah shallallu’alaihi wasallam inilah
yang menjadikan Islam tersebar ke seluruh penjuru dunia. Bahkan tidak sampai
dua abad, Islam telah tersebar ke dua pertiga dunia. Hal ini disebabkan oleh
ketegasan Rasulullah shallallu’alaihi
wasallam dan karena sikap toleransi Rasulullah shallallu’alaihi wasallam.
Daftar Pustaka
moh amadhidayatulloh.wordpress.com/.../keberagaman-toleransi-beragma.
Rajasa,
Sutan. 2002. Kamus Ilmiah
Populer. Surabaya: Karya Utama
www.masjidalakbar.com/khutbah1.php?no=87
ismailonline.com/toleransi-dalam-pandangan-islam/
John M.Echols, Hassan Shadily.2003.Kamus Inggris Indonesia.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Waallahu
a'lam bishawab.
Wassalam,
Amingsa
syah, Cirebon, Indonesia 2014
1 komentar:
Moga makalahnya bermanfaat ya...... selamat dan sukses ya..... buat kelompok 1 kelas 12 IPA 2........
Posting Komentar