Waktu
“Lailatul Qadar”
(Malam
Kemuliaan)
Banyak
riwayat hadits yang menjelaskan tentang waktu-waktu terjadinya malam
kemuliaan (lailatul qadar) yang telah di sabdakan oleh baginda
Rasulullah SAW. Rasulullah SAW, secara khusus memerintahkan keada
seluruh ummatnya untuk mencari dan berupaya dengan sungguh-sungguh
dalam mencari malam “lailatul qadar”, yakni pada tanggal ganjil
di hari-hari sepuluh terakhir dibulan ramadhan.
Diriwayatkan
dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bahwa malam tersebut terjadi
pada tanggal malam 21, 23, 25, 27, 29 dan akhir malam bulan Ramadhan.
(keterangan-keterangan yang ada dalam masalah ini berbeda-beda,
Imam Iraqi telah menulis suatu risalah khusus diberi judul Syarh
Shadr bi Dzikri Lailatul Qadar, membawakan perkataan para ulama dalam
masalah ini)
Salah
satu ulama besar “Imam Syafi'i” mengungkapkan, "Menurut
pemahamanku, wallahu a'lam, Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam
menjawab sesuai yang ditanyakan, ketika ditanyakan kepada beliau,
'Apakah kami mencarinya di malam ini?' Beliau menjawab, 'Carilah di
malam tersebut.'"
Keterangan
dan pendapat yang paling rajih, terjadinya malam Lailatul Qadar itu
pada malam terakhir bulan Ramadhan berdasarkan hadits 'Aisyah
Radhiyallahu 'anha, beliau berkata bahwa Rasulullah Shallallahu
'alaihi wasallam beri'tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan
dan beliau bersabda: "Carilah malam Lailatul Qadar di (malam
ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan."
(Bukhari
(4/225) dan Muslim (1169))
Keterangan
hadits yang lainnya, jika seseorang merasa lemah atau tidak mampu,
janganlah sampai terluput dari tujuh hari terakhir, karena riwayat
dari Ibnu Umar, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:
"Carilah di sepuluh hari terakhir, jika tidak mampu maka janganlah sampai terluput tujuh hari sisanya." (HR. Bukhari (4/221) dan Muslim (1165))
"Aku melihat mimpi kalian telah terjadi, barangsiapa yang mencarinya carilah pada tujuh nari terakhir."
"Carilah di sepuluh hari terakhir, jika tidak mampu maka janganlah sampai terluput tujuh hari sisanya." (HR. Bukhari (4/221) dan Muslim (1165))
"Aku melihat mimpi kalian telah terjadi, barangsiapa yang mencarinya carilah pada tujuh nari terakhir."
Telah
diketahui dalam sunnah, pemberitahuan ini ada karena perdebatan para
shahabat. Dari Ubadah bin Shamit Radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasalam keluar pada malam Lailatul
Qadar, ada dua orang sahabat berdabat, beliau bersabda:
"Aku keluar untuk mengkhabarkan kepada kalian tentang malam Lailatul Qadar, tapi ada dua orang berdebat hingga tidak bisa lagi diketahui kapannya, mungkin ini lebih baik bagi kalian, carilah di malam 29, 27, 25 (dan dalam riwayat lain, tujuh, sembilan dan lima)." (HR. Bukhari (4/232))
"Aku keluar untuk mengkhabarkan kepada kalian tentang malam Lailatul Qadar, tapi ada dua orang berdebat hingga tidak bisa lagi diketahui kapannya, mungkin ini lebih baik bagi kalian, carilah di malam 29, 27, 25 (dan dalam riwayat lain, tujuh, sembilan dan lima)." (HR. Bukhari (4/232))
Banyak
hadits yang mengisyaratkan bahwa amalan Lailatul Qadar itu pada
sepuluh hari terakhir, yang lainnya menegaskan dimalam ganjil sepuluh
hari terakhir. Hadits yang pertama sifatnya umum, sedang hadits keuda
adalah khusus, maka riwayat yang khusus lebih diutamakan daripada
yang umum. Dan telah banyak hadits yang lebih menerangkan bahwa malam
Lailatul Qadar itu ada pada tujuh hari terakhir bulan Ramadhan,
tetapi ini dibatasi kalau tidak mampu dan lemah, tidak ada masalah,
dengan ini cocoklah hadits-hadits tersebut tidak saling bertentangan,
bahkan bersatu tidak terpisah.
Kesimpulannya,
jika seorang muslim mencari malam Lailatul Qadar carilah pada malam
ganjil sepuluh hari terakhir, 21, 23, 25, 27 dan 29. Kalau lemah dan
tidak mampu mencari pada sepuluh hari terakhir, maka carilah pada
malam ganjil tujuh hari terakhir yaitu 25, 27 dan 29. Wallahu a'lam.
Wa
Allahu a'lam bisshawab,
Wassalam,
Amingsa
syah, Cirebon, Indonesia 2013
0 komentar:
Posting Komentar