CONTOH-CONTOH
PENELITIAN
TIDAKAN KELAS
( PTK)
Memenuhi
persyaratan Guru yang ideal dan propesional seorang Guru wajib
membuat, melakukan dan mempraktekkan Penelitian Tindakan Kelas (PTK),
agar kegiatan belajar mengajarnya menjadi maksiamal serta hasilnya
(peserta didiknya), agar para siswa mempunyai “life skill” dan
mampu menghadapi perkembangan zaman serta mampu menjawab tantangan
zaman.
Berikut
ini beberapa contoh tulisan atau karya tulis ilmiah yakni Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yang memakai, menggunakan dan memnerapkan
metode-metode pembelajaran yang berbeda-beda, diantaranya yaitu :
- MetodeTutor sebaya
- Metode Tehnik Mencari Pasangan
- Metode tIntegrasi Permainan
- Metode pencapaian Konsep
- Metode Praktis Pemebelajaran
Demikianlah
contoh-contoh Penelitaian Tindakan Kelas (PTK), mudah-mudahan ada
manfaatnya wabil khusus bagi penulis dan umumnya bagi pembaca yang
budiman.
MODEL
PEMBELAJARAN
PELAJARAN SENI TARI MENGGUNAKAN METODE TUTOR SEBAYA
BAB I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, tata krama,
pergaulan, kesenian, bahasa, keindahan alam dan ketrampilan lokal
yang merupakan ciri khas suatu suku bangsa. Keanekaragaman tersebut
memperindah dan memperkaya nilai-nilai kehidupan bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, keanekaragaman tersebut perlu diusahakan
pengembangan dan pelestariannya dengan tetap mempertahankannya
melalui upaya pendidikan.
Pengenalan keadaan lingkungan alam sosial dan budaya kepada peserta
didik di sekolah memberikan kemungkinan besar untuk akrab dengan
lingkungan dan terhindar dari keterasingan terhadap lingkungan serta
dapat menolong dirinya sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya. Untuk itu Kanwil Propinsi Bali bekerja terus untuk menggali
potensi daerah Bali yang dijadikan identitas daerah dalam wujud
muatan lokal didalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Di dalam tahun pelajaran 2007/2008 kurikulum berbasis kompetensi
untuk pelajaran muatan lokal di SMP Negeri 2 Xxx dipilih seni tari
khususnya tari Bali sebagai bahan kajian pilihan yang diterapkan
kepada semua siswa dari kelas VII sampai kelas IX sesuai dengan
sarana dan pengajaran yang tersedia. Jumlah waktu efektifnya 2 jam
pelajaran tiap minggu.
Pelajaran seni tari Bali sebagai muatan lokal pilihan diberikan
kepada semua siswa. Dimana muatan lokal yaitu bahan kajian dan
pelajarannya ditetapkan di Daerah dan disesuaikan dengan lingkungan,
sosial budaya serta kehidupan Daerah (Depdikbud, 1994:1). Di pilihnya
tari Bali sebagai muatan lokal pilihan yang wajib diikuti oleh semua
siswa SMP Negeri 2 Xxx dikarenakan guru yang mengajar Tari Bali ada 4
orang, sedangkan guru yang berkompeten dibidang seni yang lain tidak
ada. Seni tari Bali diberikan secara klasikal yang lebih banyak
praktek dibandingkan dengan teori. Karena semua siswa wajib mengikuti
mata pelajaran tersebut, maka dalam satu kelas sudah tentu ada siswa
yang tidak mempunyai bakat dan minat harus ikut dalam pelajaran
tersebut untuk mendapat nilai raport.
Mutu pendidikan khususnya pendidikan seni tari Bali, tentunya tidak
bisa lepas dari tiga faktor, yaitu sekolah sebagai tempat
terlaksananya pendidikan, guru sebagai pelaksana dan siswa sebagai
peserta pendidikan. Ketiga faktor tersebut menjadi kurang berarti
meskipun sudah disiapkan dengan baik, jika penyampaian materi
pelajaran guru menggunakan metoda atau cara yang kurang tepat. Untuk
mencapai tujuan pembelajaran, maka pada setiap akhir program
pembelajaran dilakukan evaluasi. Salah satu hasil evaluasi tersebut
adalah prestasi belajar seni tari siswa. Namun dewasa ini prestasi
belajar yang diperoleh siswa terutama dalam mata pelajaran seni tari
khususnya di SMP Negeri 2 Xxx masih tergolong rendah.
Berdasarkan pengalaman peneliti sebagai guru di SMP Negeri 2 Xxx,
ditemukan bahwa pengajaran lebih banyak di lakukan dengan metode
demontrasi dan imitasi dari guru pengajar sehingga menyebabkan siswa
merasa bosan dan tidak kreatif. Selama ini peneliti juga mengamati
siswa kelas VIII D tahun pelajaran 2007/2008 pada waktu kelas VII,
memiliki nilai rata-rata pelajaran seni tari paling rendah di
bandingkan dengan kelas paralel yang lain. Disamping itu aktivitas
siswanya sangat pasif, yaitu tidak ada kreativitas siswa untuk
memahami materi yang diberikan.
Berbagai metoda pembelajaran telah sering digunakan seperti diskusi,
demonstrasi, tanya jawab dan lain-lain. Penerapan metoda pembelajaran
seperti itu kemungkinan belum dapat mencapai tujuan yang diharapkan,
hal ini disebabkan karena kemampuan guru, keadaan siswa dan
fasilitas/sarana yang belum memadai. Terbukti jika proses belajar
berlangsung sering siswa yang sudah mahir merasa jenuh dan bosan.
Maka dari itu perlu ada usaha lain yang dilakukan oleh guru agar
proses pembelajaran berlangsung baik dengan menerapkan tutor sebaya
dalam proses pembelajaran.
Implementasi tutor sebaya dalam pembelajaran seni tari Bali
diharapkan memberikan situasi belajar yang lebih leluasa bagi siswa
untuk berkreasi dan berkreativitas, lebih percaya diri dan
menimbulkan keberanian pada siswa karena di dalam mentransfer
pengetahuan didapat dari teman sendiri. Dalam situasi seperti itu
akan dapat menciptakan proses belajar yang lebih baik, sehingga
diharapkan meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar seni tari
Bali.
Identifikasi
Masalah.
Dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini dapat di identifikasi
masalah masalah tersebut yaitu :
Kurikulum pendidikan
sering berganti.
Letak geografis
sekolah yang berbukit.
Dukungan
dari orang tua siswa masih kurang.
Antusias
siswa mengikuti pelajaran sangat rendah.
Metode
mengajar masih bersumber pada guru saja.
In put
siswa terutama dalam bidang seni tari Bali sangat kurang.
Sarana
dan prasarana di sekolah belum memadai dengan mata pelajaran tari
Bali.
Kemampuan,
minat dan bakat siswa dalam bidang seni tari Bali berbeda-beda.
Dengan teridentipikasinya masalah-masalah tersebut, maka salah satu
diantaranya dipilih metoda tutor sebaya dalam proses pembelajaran.
Rumusan
Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dapat
dirumuskan masalahnya sebagai berikut :
Apakah Implementasi
tutor sebaya dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar
tari puspawresti pada siswa kelas VIII D semester ganjil SMP Negeri
2 Xxx.
Apakah Implementasi
tutor sebaya dapat meningkatkan prestasi belajar tari puspawresti
pada siswa kelas VIII D semester ganjil SMP Negeri 2 Xxx.
Bagaimana respon
siswa kelas VIII D semester ganjil SMP Negeri 2 Xxx terhadap
Implementasi tutor sebaya.
Tujuan Penelitian
Bertolak dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
sehubungan deangan tindakan yang akan diberikan adalah sebagai
berikut:
Untuk mengetahui
peningkatan aktivitas siswa dalam proses belajar tari puspawresti
pada siswa kelas VIII D semester ganjil SMP Negeri 2 Xxx melalui
Implementasi tutor sebaya.
Untuk mengetahui
peningkatan prestasi belajar tari puspawresti pada siswa kelas VIII
D semester ganjil SMP Negeri 2 Xxx melalui Implementasi tutor
sebaya.
Untuk mengetahui
respon siswa kelas VIII D semester ganjil SMP Negeri 2 Xxx terhadap
Implementasi tutor sebaya.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan penelitian ini dapat
dikemukakan sebagai berikut :
Bagi siswa dengan
proses pembelajaran yang menggunakan teman sendiri sebagai tutor
akan memberikan kesempatan yang leluasa pada siswa untuk bertanya,
mentransfer dan menyerap materi pelajaran sehingga dapat membantu
siswa untuk menguasai tari puspawresti.
Bagi guru hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dan bahan
pertimbangan dalam mencari metoda pembelajaran untuk menciptakan
suasana kelas yang kondusif dan efektif dalam proses belajar
mengajar sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan terutama dalam
bidang seni tari Bali dengan menerapkan tutor sebaya.
Bagi peneliti,
melalui penelitian ini peneliti memperoleh wawasan dan pengalaman
dalam merancang serta menerapkan pembelajaran dengan memanfaatkan
tutor sebaya.
Bagi sekolah, bila
dalam PTK ini ada pengaruh yang efektip untuk meningkatkan prestasi
belajar siswa terutama dalam bidang pelajaran seni tari Bali, maka
diharapkan agar guru-guru yang lain termotivasi untuk menggunakan
metode tutor sebaya dalam pembelajaran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Beberapa
teori yang digunakan sebagai landasan berpikir untuk menjawab
permasalahan yang diajukan adalah: Seni tari, prestasi belajar, model
pembelajaran, tutor sebaya.
Seni Tari
Seni tari terdiri dari dua kata yaitu seni dan tari. Seni merupakan
segala perbuatan manusia yang timbul dari perasaanya dan bersifat
indah. Dalam buku Kamus Umum Bahasa Indonesia dikatakan bahwa seni
yaitu : “Kecakapan batin (akal) yang luar biasa yang dapat
mengadakan atau menciptakan sesuatu yang luar biasa.“ (
Poerwadarminta, 1976:917). Sedangkan tari dinyatakan bahwa: “Gerakan
badan, tangan, dsb, yang berirama dan biasanya diiringi oleh
bunyi-bunyian seperti musik, gambelan“. (Poerwadarminta,
1976:1020). Ada beberapa pengertian seni tari dari berbagai ahli tari
yaitu : pertama, seni tari adalah: “Ekspresi jiwa manusia yang
diwujudkan melalui gerak – gerak ritmis yang indah“. (Soedarsono,
1972:4). Kedua Seni tari adalah: “Ungkapan nilai-nilai keindahan
dan keluhuran lewat gerak dan sikap“. (Wardhana, 1990:8). Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seni tari adalah Ekspresi jiwa
manusia yang diwujudkan melalui gerak ritmis yang indah dari
keseluruhan tubuh yang ditata dengan irama lagu pengiring sesuai
dengan lambang, watak dan tema tari.
Pada awalnya seni tari khususnya tari Bali
merupakan tarian untuk kepentingan upacara agama hindu, tapi dalam
perkembangan selanjutnya banyak berubah fungsi. Adapun fungsi
tari Bali yaitu:
“Tari Wali yaitu
tari yang dilakukan di pura dan ditempat-tempat yang ada hubungannya
dengan upacara keagamaan“. (Artika, 1989:22).
“Tari Bebali yaitu
tari yang berfungsi sebagai pengiring upacara di pura-pura atau di
luar pura“. (Artika, 1989:22).
“Tari
Balih-balihan yaitu segala tari yang mempunyai unsur-unsur dan dasar
seni tari yang luhur dapat dipentaskan sewaktu-waktu, baik
sehubungan dengan upacara adat maupun agama“. (Artika, 1989:23).
Dalam penyajian seni tari, yang harus diperhatikan adalah peraturan
dan norma tari Bali yang sangat penting artinya untuk mencapai
penampilan yang sempurna. Istilah yang dipergunakan untuk menjelaskan
peraturan dan norma di atas adalah TRI WI yaitu:
Wiraga adalah
seorang penari Bali harus menguasai perbendaharaan gerak tari yang
berhubungan dengan postur tubuh penari dan gerak yang
dipertunjukkan.
Wirama adalah penari
harus mengerti tentang musik, melodi, ritme, dan tempo dikuasai
dalam pertunjukan.
Wirasa adalah rasa
atau perasaan yang berkaitan dengan gerak tubuh dan perasaan, yaitu
kemampuan penari mengungkapkan rasa sedih, gembira, lucu, takut
yang merupakan perpaduan antara mimik dan panto mimik.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seni tari Bali berguna
untuk melatih, mengembangkan potensi, bakat seni dan mendorong
kreativitas untuk dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari – hari
baik untuk diri sendiri maupun untuk lingkungan. Untuk itu seni tari
Bali yang diberikan di kelas VIII semester ganjil SMP Negeri 2 Xxx
adalah tari puspa wresti. Tari Puspawresti berasal dari kata Puspa
dan Wresti. Puspa artinya bunga, Wresti artinya persembahan. Jadi
tari Puspawresti yaitu tari persembahan bunga yang ditujukan pada
para tamu. Ditinjau dari segi fungsi Tari Puspawresti berguna untuk
menyambut tamu yang sedang berkunjung kesuatu Daerah Tari
Puspawresti lebih mudah dipelajari karena gerak-gerak dasarnya tidak
rumit. Tari puspawresti disajikan secara kelompok.
Prestasi
Belajar
Salah satu tugas dari guru adalah mengadakan suatu proses evaluasi.
Evaluasi bertujuan untuk mengetahui hasil belajar
siswa, salah satunya adalah prestasi belajar siswa. Imformasi ini
sangat berguna untuk memperjelas sasaran dalam pembelajaran.
Prestasi belajar adalah suatu kemampuan aktual yang dapat diukur
secara langsung dengan tes. Prestasi belajar adalah prestasi yang
diperoleh disekolah dan di luar sekolah. Prestasi belajar di sekolah
adalah hasil yang diperoleh anak-anak berupa nilai mata pelajaran:
(Sunartana, 1997:55). Menurut Bloom (1971:7) Prestasi belajar
merupakan hasil perubahan tingkah laku yang meliputi tiga ranah
yaitu: kognetif, afektif, dan psikomotor. Gambaran prestasi belajar
siswa dapat dinyatakan dengan angka dari 0 sampai dengan 10
(Arikunto, 1998:62). Disamping itu prestasi belajar dapat
dioperasikan dalam bentuk indikator- indikator berupa nilai raport,
angka kelulusan dan predikat keberhasilan (Saifudin Azwar, 1996:44).
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar adalah : kemampuan aktual yang dapat diukur setelah
mengalami proses belajar praktek tentang pengetahuan dan ketrampilan
tertentu, nilai-nilai yang dicapai oleh siswa sebagai hasil dari
proses belajar di sekolah. Hasil yang diperoleh siswa dalam satu mata
pelajaran dinyatakan dalam bentuk nilai yang disebut dengan prestasi
belajar.
Model
Pembelajaran
Model pembelajaran
mencakup suatu pendekatan yang menyeluruh. Misalnya, problem-based
model of instruction (model pembelajaran berdasarkan permasalahan)
yang meliputi kelompok kecil, siswa bekerja sama memecahkan masalah
yang telah disepakati. Model pembelajaran ini dapat menggunakan
sejumlah keterampilan metodologis dan prosedural, seperti merumuskan
masalah, mengemukakan pertanyaan, melakukan penelitian, berdiskusi,
menciptakan karya seni dan melakukan presentasi. Model pembelajaran
berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting dalam mengajar di
kelas, praktek atau mengawasi anak-anak. Penggunaan model
pembelajaran tertentu memungkinkan guru dapat mencapai tujuan
pembelajaran tertentu dan bukan tujuan pembelajaran yang lain (Wasis,
2002:1
METODE TEHNIK MENCARI
PASANGAN
BAB I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang Masalah.
Tercapainya tujuan Pendidikan di Indonesia tidak dapat terlepas
dari peran guru , siswa , masyarakat maupun lembaga terkait lainnya.
Sebagai salah satu upaya peningkatan kwalitas pendidikan menuju
tercapainya tujuan tersebut perlu disampaikan suatu upaya perbaikan
sistim pembelajaran inovatif yang merangsang siswa untuk mencintai
yang akhirnya mau mempelajari secara seksama terhadap suatu mata
pelajaran.
Mata pelajaran sejarah dalam konsep umum seringkali dipandang sebagai
mata pelajaran hafalan yang membosankan hal tersebut dapat kita ihat
dari adanya ketidak tuntasan siswa kelas X saat ulangan harian pada
masing-masing kompetensi dasar, sehingga para guru sejarah harus
mulai mengembangkan sistim pembelajaran inofativ untuk membangkitkan
minat siswa terhadap pelajaran sejarah.
Hal tersebut yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian yang
diberi judul “ METODE TEHNIK MENCARI PASANGAN SEBAGAI UPAYA
MENINGKATAN MOTIVASI HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH
DI SMA NEGERI 2 XXX “
Identifikasi
masalah.
Identifikasi masalah merupakan interpretasi guru :
a. Siswa mengalami kesulitan belajar yang disebabkan oleh
metode yang
disampaikan oleh guru.
b. Kesulitan belajar siswa nampak pada menurunnya motivasi belajarnya
c. Menurunnya motivasi siswa menyebabkan hasil penilaian siswa yang
diperoleh
kurang maksimal
C. Perumusan Masalah.
Sesuai
dengan latar belakang masalah tersebut, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah Metode tehnik mencari pasangan dapat meningkatkan
motivasi
hasil belajar siswa ?
2. Seberapa jauh metode tehnik mencari pasangan dapat
meningkatkan
motivasi hasil belajar siswa ?.
Tujuan dan
kegunaan penelitian.
1. Tujuan penelitian
a. Untuk mengetahui perubahan hasil belajar siswa setelah
menggunakan metode tehnik berpasangan.
b. Untuk mengetahui seberapa jauh penggunaan metode
tehnik
berpasangan terhadap hasil belajar siswa SMA Negeri
2. Kegunaan Penelitian.
a. Untuk meningkatkan Prestasi belajar siswa khususnya kelas X.
b. Mengembangkan metode pembelajaran Cooperatif Learning sehingga
pembelajaran sejarah tidak monoton.
c. Memberikan motivasi guru untuk menerapkan metode pemelajaran
terpadu
d.
Menunjang tercapainya tujuan pendidikan Nasional.
Ruang lingkup
penelitian.
Ruang lingkup
penelitian ini di dalam penelitian ini dapat dijelaskan
sebagai
berikut :
Daerah penelitian
atau populasi di dalam penelitian ini adalah siswa
Kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Xxx.
Aspek-aspek yang
diteliti adalah :
a.
Metode tehnik mencari pasangan
b. Motivasi hasil belajar siswa.
Strategi
pendekatan Metodologi .
1. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatip / Inferensial dengan
daerah
generalisasi Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Xxx.
2. Masalah yang akan diteliti adalah apakah Metode tehnik mencari
pasangan dapat meningkatkan motivasi hasil belajar siswa.
Hipotesis.
Menurut
Sutrino Hadi (1982) Hipotesis adalah pernyataan yang masih
lemah
kebenarannya dan perlu dibuktikan..
Ha : Metode Tehnik mencari pasangan dapat meningkatkan
motivasi hasill belajar siswa pada mata pelajaran
sejarah
kelas X di SMA Negeri 2 Xxx.
Ho : Metode mencari pasangan tidak dapat meningkatkan motivasi
hasil belajar siswa pada mata pelajaran sejarah kelas
X
di SMA Negeri 2 Xxx.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1.
Pengertian tehnik mencari pasangan.
Tehnik menurut kamus WJS Poerwodarminto adalah Metode atau sistim
dalam mengerjakan sesuatu ( 1158 ) Sedangkan Tehnik mencari pasangan
( make-A Match) menurut Loma Curan 1994 : adalah suatu cara untuk
memberi kesempatan pada siswa untuk mencari pasangannya sesuai dengan
topik yang digunakan saat itu dengan langkah - langkah sebagai
berikut :
Guru
menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik
yang cocock untuk sesi review. Satu bagian kartu soal dan bagian
lainnya kartu jawaban.
Setiap siswa
mendapat satu kartu
Setiap siswa
memikirkan jawaban dari kartu yang dipegangnya.
Setiap siswa mencari
pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya.
Setiap siswa dapat
mencocokan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
sisiwa
mempresentasikan hasil jawabannya.
Menurut
Anita Lie tahun 1999 dalam buku Cooperati Learning :
menyebutkan bahwa tehnik mencari pasangan merupakan salah satu bentuk
tehnik pembe lajaran gotong royong dengan berpusat pada aktivitas
siswa serta menghilangkan dominasi guru danmenggunakan berbagai macam
metode secara terpadu.
2.2. Metode
Mengajar.
Menurut
Prof.DR. Winarno Surakhmad :metode adalah cara yang sebaik baiknya
mencapai tujuan. Sedangkan mengajar adalah suatu usaha yang
bersifat sadar tujuan yang dengan sistimatis terarah pada perubahan
tingkah laku menuju kedewasaan anak didik.
Perubahan
yang dimaksud itu menunjukkan pada suatu proses yang harus
dilalui. Tanpa proses itu
perubahan tidak mungkin terjadi jika tanpa proses tujuan tak dapat
dicapai dan proses yang dinaksud disni adalah proses pendidikan atau
proses educatif.
Dalam strategi
pembelajaran komponen yang paling dominan adalah pendekatan dan
metode pembelajaran
Atas
dasar pendekatan dan metode inilah, guru menyusun strategi dan
langkah langkah penyampaian materi pembeajaran untuk mencapai tujuan.
Pelaksanaan
pembelajaran atau proses pembelajaran merupakan proses transaksional
untuk mengembangkan potensai siswa secara aktif dan kreatifseoiptimal
mungkin agar terwujud aktivitas dan kreativitas siswa selama proses
pembelajaran perlu mempertahankan motivasi belajarnya. Untuk itu
proses pembelajaran dibuat penggalan-penggalan kegiatan yaitu
pendahuluan , inti dan penutup
Kegiatan pendahuluan
untuk menarik perhatian siswa sehingga mereka termotivasi secara
aktif dan kreatif pada kegiatan berikutnya, maka yang perlu dilakukan
antara lain : menunjukkan essensi tujuan yang ingin dicapai selama
pembelajaran , mendiskripsikan pokok-pokok materi yang akan
dipelajari dan menunjukkan manfaat apa yang dapat dipetik dari
usahanya dalam mempelajari atau menunjukkan manfaat apa yang dapat
dipetik dari usahanya dalam mempelajari materi itu bagi
kepentingannya sehari-sehari.
Penilaian
Hasil Belajar
Penilaian
atau evaluasi adalah seluruh alat atau sarana yang digunakan
disekolah untuk mengukur kinerja siswa secara formal, baik berupa
kuis, tes, evaluasi tertulis dan pemberian nilai/grades (
Slavin,1994,486 ).
Didalam
Kurikulum berbasis Kompetensi dijelaskan tentang evaluasi yaitu
penentuan nilai suatu progrtam dan penentuan pencapaian tujuan suatu
program.
Penilaian
adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada obyek tertentu
berdasarkan sustu criteria tertentu.
Sedangkan proses pemberian nilai dapat saja berbentuk interpretasi
yang diakhiri dengan Judgement. Keduanya merupakan tema penilaian
yang membandingkan antara criteria dan kenyataan dalam konteks
situasi tertentu. Atas dasar itulah maka kegiatan penilaian
selalauada obyek atau program, ada criteria dan ada interpretasi/
Judgement ( Nana Sudjana, 2004 ; 3 ).
Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap
hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan criteria tertentu.
Jika
dihubungkan dengan pandangan diatas, dimana penilaian selalu ada
obyek yang dinilai dalam konteks ini tentunya yang dimaksud dengan
obyek disini adalah hasil belajar siswa.
Hasil belajar siswa seringkali dihubungkan dengan perubahan tingkah
laku yang dalam arti luas mencakup bidang kognitif, afektif dan
psikomotorik . Lebih jauh penilaian hasil belajar dilaksanakan untuk
memberi nilai terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh
siswa dan guru dalam mencapai tujuan atau kompetensi dasar yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Sekali lagi penilain dalam pembelajaran merupakan bagian integral
dari proses belajar mengajar itu sendiri dimana hubungan dengan
metode dan tujuan pembelajaran sangat erat.
C. METODE INTEGRASI
PERMAINAN
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah
Ungkapan “Tak kenal maka tak sayang” terbukti dalam pelaksanaan
tugas penulis sebagai Guru Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani,
Olahraga dan Kesehatan. Khususnya kalau sudah masuk pada bahan
(materi) pembelajaran yang baru mereka kenal, setelah mereka memasuki
jenjang pendidikan di SMP.
Salah satu dari beragam bahan ajar yang kurang diminati siswa dalam
pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan adalah nomor
olahraga (permainan) bola basket. Mayoritas siswa menolak dan
menghindari materi permainan bola basket, alasannya siswa menganggap
bahan ajar di permainan bola basket itu sulit, dan kurang menarik
bila dibanding dengan bahan ajar yang ada di nomor olahraga lain.
Untuk menyikapi permasalahan tersebut Menyikapi permasalahan
tersebut, sekaligus mengemban amanah bahwa tugas seorang guru
memberikan pencerahan kepada siswa. Guru tersebut harus memiliki
beragam kemampuan yang dapat menunjang tugasnya agar tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Dan Salah satu satu tuntutannya adalah
memiliki kreasi dan daya inovatif seorang guru dalam mengembangkan
model-model pembelajaran yang menarik siswa. Sehingga permainan bola
basket yang semula dianggap sulit menjadi menarik. Tidak hanya
menarik tetapi yang utama adalah mampu meningkatkan derajat kebugaran
siswa seperti yang tertuang dalam tuntutan kurikulum.
Menciptakan model pembelajaran yang menarik bagi siswa tidak mudah,
perlu kecermatan dari guru dalam menentukan dan menerapkan model
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik bahan pelajaran yang
akan diberikan (diajarkan) sehingga tercipta proses belajar mengajar
yang efektif. Oleh karena itu, guru harus menguasai beberapa jenis
model pembelajaran agar proses belajar mengajar berjalan lancar.
Berdasarkan pengalaman di lapangan, khususnya dalam pembelajaran PJOK
persoalan belajar yang sering dijumpai adalah siswa sulit menerima
materi yang disampaikan oleh guru. Hal ini disebabkan karena siswa
tidak menyukai bahan ajar tersebut, pelajaran yang disampaikan
menjemukan, sulit dipahami dan terkesan kurang menarik. Oleh karena
itu semakin baik suatu model pembelajaran yang dipergunakan, maka
semakin mudah tujuan pembelajaran dapat tercapai. dalam memberikan
pelajaran, makin efektif digunakan pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan. Model pembelajaran efektif yang digunakan dalam proses
pembelajaran bergantung pada bermacam-macam faktor antara lain:
tujuan yang akan dicapai, kemampuan guru dalam menggunakan model
pembelajaran, kemampuan siswa, besarnya kelompok yang akan diajar,
waktu, dan fasilitas yang tersedia.
Penggunaan model pembelajaran yang efektif akan sangat membantu dalam
proses pembelajaran. Suatu model pembelajaran dalam proses
pembelajaran memiliki hubungan yang erat dengan tujuan proses
tersebut. Guru sebagai pengajar memiliki peranan penting dalam
mengorganisasi dan mengatur lingkungan belajar siswa sebaik-baiknya
sehingga tercipta kegiatan belajar yang ideal.
Dalam memilih suatu model pembelajaran untuk
meningkatkan prosentase ketuntasan hasil belajar siswa tersebut, guru
dituntut merancang model pembelajaran yang lebih tepat serta
penerapan bahan ajar yang variatif. dan dari kenyataan tersebut Salah
satu upaya yang perlu dilakukan upaya untuk menumbuhkan minat dan
menarik simpati siswa untuk mencintai bahan ajar permainan bola
basket adalah dengan mengintegrasikan bentuk permainan tersebut
dengan permainan pengantar. Oleh karena itu mewujudkannya
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian
dengan judul “ Pengintegrasian
Permainan Pengantar Sebagai Langkah Strategis dalam Meningkatkan
Kemauan Belajar Bola Basket Siswa Kelas VII Semester Ganjil di SMP
Negeri 1 Xxx”
Penelitian ini diharapkan dapat membentuk suasana yang lebih santai
dan menarik dalam pembelajaran bola basket. Adapun pemilihan materi
ajar dalam bentuk permainan pengantar ini didasarkan pada
keterkaitannya dengan konsep-konsep pembelajaran permainan bola
basket yang sedang menjadi bahan kajian yang ada dalam kelas
tersebut. Sehingga sistem pembelajarannya tetap mengacu pada batasan
kajian yang diberikan sesuai SKKD, serta dapat merangsang peserta
didik untuk lebih menyukai permainan ini.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah:
Apakah Pengintegrasian permainan pengantar pada pembelajaran
permainan bola basket dapat meningkatkan penguasaan teknik dasar
permainan basket siswa kelas VII SMP Negeri 1 Xxx ?
Apakah Pengintegrasian permainan pengantar pada pembelajaran
permainan bola basket dapat memberikan dampak positif terhadap
pemahaman meningkatkan hasil belajar teknik dasar permainan basket
siswa kelas VII SMP Negeri 1 Xxx ?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui apakah Pengintegrasian permainan pengantar pada
pembelajaran pembelajaran permainan bola basket dapat meningkatkan
penguasaan teknik dasar permainan basket siswa kelas VII SMP Negeri
1 Xxx.
Untuk mengetahui apakah Pengintegrasian permainan pengantar pada
pembelajaran permainan bola basket dapat memberikan dampak positif
terhadap pemahaman teknik dasar permainan basket siswa kelas VII SMP
Negeri 1 Xxx.
D.
Manfaat Penelitian
Adapun
manfaat yang diharapkan dari kegiatan penelitian ini adalah :
Sebagai
bahan pertimbangan atau masukan penulis dalam penyusunan strategi
(penerapan, metode, model dan langkah-langkah) pembelajaran PJOK
selanjutnya.
Memberikan
gambaran yang jelas, tentang bentuk pengintegrasian permainan
pengantar ke permainan bola basket sebagai langkah alternatif untuk
merangsang peserta didik agar menyukai permainan bola basket.
Memberikan
gambaran kepada peserta didik, bahwa permainan bola basket bisa
dipraktikkan dengan mudah dan sederhana.
Diharapkan
dapat dijadikan masukan bagi instansi pemerintah, cq Dinas
Pendidikan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan; dan
Semoga
dapat memberikan sumbang saran yang positif bagi para guru-guru
PJOK di lapangan.
Ingin
mengetahui dan sekaligus sebagai bahan masukan bagi para guru
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk memilih model
pembelajaran yang efektif dalam proses pembelajaran keterampilan
cabang olahraga, khususnya keterampilan bermain bolabasket.
Ingin
memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka meningkatkan kemampuan
guru Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan dalam meningkatkan
keterampilan teknik dasar suatu cabang olahraga dan menumbuhkan
semangat serta gairah siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan.
Ingin
memberikan masukan yang berarti kepada lembaga khususnya Departemen
Pendidikan Nasional, tentang model pembelajaran yang bervariasi dan
menyenangkan para siswa yang diharapkan dapat mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
E. Ruang
Lingkup Penelitian
Penelitian ini terbatas pada penggunaan pembelajaran Penjasorkes
dengan menggunakan bentuk pengintegrasian permainan pengantar
terhadap penguasaan teknik dasar salah satu permainan, yaitu
permainan bolabasket. Dengan ruang lingkup penelitian ini antara lain
sebagai berikut :
Bentuk latihan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
permainan pengantar.
1.Teknik dasar yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah
teknik dasar permainan bolabasket, antara lain: teknik melempar
dan menangkap bola, menggiring bola, dan menembak ke ring basket.
2. Hal-hal yang ingin ditingkatkan melalui permainan pengantar
bola basket adalah unsur kognitif berupa pengetahuan, peningkatan
kerjasama, sportifitas, dan perilaku siswa (penilaian afektif),
serta penguasaan teknik dasar bermain bolabasket (penilaian
psikomotor).
3. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua
komponen antara lain :
a. Penilaian kognitif menggunakan penilaian berupa pengetahuan,
penerapan saat praktik berlangsung dan pemberian tugas
b. Penilaian afektif menggunakan penilaian pengamatan selama
siswa melakukan kegiatan olahraga. Aspek-aspek yang dinilai
antara lain unsur perilaku, kerjasama dan sportivitas.
c. Penilaian psikomotor menggunakan penilaian proses dan produk.
Butir-butir tes terdiri dari: tes melempar dan menangkap
bolabasket, menggiring bola basket dan menembak bolabasket ke
ring basket.
E.
Batasan Istilah
Pengintegrasian
: Upaya memasukkan satu komponen tertentu pada komponen yang lain,
sehingga khasanah penerapan bahan ajar yang semula dianggap susah
menjadi lebih sederhana dan mudah diterapkan.
Permainan
pengantar : bahan ajar yang penekanan materinya ada pada model atau
bentuk-bentuk pembelajaran yang sederhana dan menggembirakan dengan
media bola basket sehingga menarik bagi peserta didik menuju ke
permainan yang sebenarnya.
Langkah
strategis : taktik atau metode pembelajaran yang diterapkan oleh
seorang guru atau pelatih untuk diujicobakan kepada peserta didik
dalam bentuk-bentuk tertentu.
Meningkatkan
kemauan belajar : adanya motivasi yang timbul dari diri seseorang
karena dorongan atau keinginan yang kuat setelah mendapat rangsangan
(stimulus) dari orang lain dengan beragam cara.
Pembelajaran
bola basket : proses/kegiatan belajar mengajar materi pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan sub aspek Permainan dan Olahraga.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Hakekat Pembelajaran
Pengertian
Pembelajaran
Membicarakan tentang pembelajaran
tidak bisa dilepaskan dari istilah kurikulum dan pengertiannya.
Secara singkat hubungan keduanya dapat di jabarkan sebagai berikut:
pembelajaran merupakan wujud dari pelaksanaan (implementasi)
kurikulum, atau pembelajaran ialah kurikulum dalam kenyataan
implementasinya.
METODE
PENCAPAIAN KONSEP
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.
Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar yang dilakukan oleh
manusia untuk mengembangkan kemampuan dan kepribadiannya. Pendidikan
ini memegang peranan penting dalam membina manusia yang memiliki
pengetahuan dan ketrampilan, serta manusia-manusia yang memiliki
sikap positif terhadap segala hal, sehingga dapat dikatakan bahwa
pendidikan merupakan suatu usaha yang sangat penting dan dianggap
pokok dalam kehidupan manusia.
Bentuk kongkret dari pendidikan yang dilakukan oleh manusia tersebut
tampak dalam aktivitas belajar mengajar sebagaimana Sudjana (1989)
mengatakan bahwa proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan
untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Keberhasilan
tujuan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan dalam Undang -
Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 akan tercapai
bila didukung oleh komponen – komponen pilar pendidikan yang
meliputi motivasi belajar siswa, materi pembelajaran, proses
pembelajaran, dan tujuan pembelajaran.
Keempat pilar sebagaimana tersebut di atas, komponen proses
pembelajaran merupakan komponen yang memegang peranan penting dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Proses pembelajaran ini menunjuk pada
kegiatan di mana didalamnya terdapat integrasi dan interaksi
komponen-komponen pembelajaran yaitu guru, siswa, materi dan metode
pembelajaran.
Guru sebagai ujung tombak dalam pencapaian tujuan pendidikan, perlu
memilih strategi pembelajaran yang efektif dan efisien. Pengelolaan
proses pembelajaran yang efektif merupakan titik awal keberhasilan
pembelajaran yang bermuara akan meningkatkan prestasi belajar siswa
(Chabibah, 2006 : 24). Terkait dengan proses pembelajaran, guru
memiliki peran sentral berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran,
sebab guru dalam posisi ini bertindak sebagai perancang atau desainer
sekaligus pengelola proses pembelajaran sedemikian hingga hasil dari
proses pembelajaran tersebut tercapai. Namun demikian, peran guru
dalam mendesain dan mengelola proses belajar mengajar di kelas
seringkali dihadapkan pada kondisi-kondisi dimana rancangan
pembelajaran yang didesainnya tidak berjalan dengan lancar sesuai
harapan.
Tidak berkembangnya salah satu faktor dalam proses pembelajaran atau
kegiatan belajar mengajar yaitu guru, murid, materi dan metode
pembelajaran sudah barang tentu berpengaruh pada proses pembelajaran
yang dilaksanakan di dalam kelas. Bahkan kondisi tersebut akan
berpengaruh pula pada hasil pembelajaran terutama tampak pada hasil
belajar siswa.
Kondisi demikian terjadi pula pada kegiatan belajar mengajar mata
pelajaran Mulok Pembukuan di kelas VIII A SMP Negeri 2 Xxx, dimana
dari kondisi awal kegiatan belajar mengajar di SMP Negeri 2 Xxx untuk
mata pelajaran Mulok Pembukuan menunjukkan hasil belajar siswa rendah
dan belum mencapai kriteria ketuntasan belajar (SKM) dimana dari 20
siswa, 16 orang siswa atau 80 % siswa kelas VIII A hasil belajarnya
kurang dari 65 sebagai batas SKM. Hasil refleksi diri menunjukkan
bahwa rendahnya prestasi belajar tersebut diantaranya adalah sikap
pasif siswa dalam proses pembelajaran, proses pembelajaran yang
monoton dan kurang bervariasi, dominasi guru masih sangat besar
sehingga siswa kurang mandiri sehingga mempengaruhi prestasi belajar.
Dari refleksi
tersebut, akar permasalahan yang menyebabkan kondisi tersebut terjadi
pada intinya adalah penggunaan metode pembelajaran yang dalam hal ini
guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dan penugasan sehingga
kurang mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk itu perlu adanya
upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa melalui penerapan
metode yang dapat mendorong keaktifan siswa dalam proses belajar
mengajar dan mengurangi dominasi guru dalam pengajaran dengan harapa
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Untuk tujuan tersebut dalam
penelitian ini diterapkan metode pembelajaran kooperatif dengan model
pencapaian konsep.
B. Identifikasi
Masalah.
Berdasarkan kondisi sebagaimana tersebut di atas, maka pokok
permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai
berikut :
1. Siswa cenderung bersikap pasif dalam proses pembelajaran.
2. Proses pembelajaran yang monoton dan kurang bervariasi.
3. Dominasi guru masih lebih besar.
4. Siswa jarang bertanya.
5. Siswa belum maksimal dalam menjelaskan kembali konsep yang
diterima.
6. Hasil belajar siswa relatif rendah dan belum mencapai KKM.
C. Pembatasan
dan Perumusan Masalah.
Bertolak dari luasnya permasalahan yang diteliti, serta adanya
keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, maka dalam penelitian ini
permasalahan dibatasi pada penggunaan model pencapaian konsep pada
mata pelajaran Mulok Pembukuan dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa Kelas VII A SMP Negeri 2 Xxx.
Berdasarkan
identifikasi masalah dan batasan masalah tersebut, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah meningkatkan
hasil belajar siswa melalui penggunaan model pencapaian konsep pada
mata pelajaran Mulok Pembukuan pada siswa Kelas VIII A SMP Negeri 2
Xxx ?”
D. Tujuan
Penelitian.
Mengacu pada uraian permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
Kelas VIII A SMP Negeri 2 Xxx mata pelajaran Mulok Pembukuan melalui
penggunaan model pencapaian konsep.
E. Manfaat
Hasil Penelitian.
Dengan melakukan penelitian tentang penggunaan model pencapaian
konsep pada mata pelajaran Mulok Pembukuan untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa kelas VIII A SMP Negeri 2 Xxx, diharapkan
dapat diperoleh beberapa manfaat antara lain :
Untuk siswa, hasil penelitian ini sebagai media meningkatkan
aktivitas belajar untuk lebih menguasai dan memahami materi
pelajaran melalui penguasaan konsep-konsep pokok pelajaran yang
diajarkan di kelas terutama mata pelajaran Mulok Pembukuan.
Untuk peneliti, hasil penelitian ini dapat menjadi informasi dan
gagasan untuk pengembangan dan peningkatan ketrampilan
mengorganisasi, memformulasi, dan mengkondisikan kegiatan belajar
mengajar di kelas terutama untuk mata pelajaran Mulok Pembukuan
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.
Untuk Sekolah, hasil penelitian diharapkan dapat memberi informasi
dan atau sebagai acuan untuk pengembangan teknologi pembelajaran
terutama pembelajaran mata pelajaran Mulok Pembukuan di SMP Negeri 2
Xxx
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
A. Landasan
Teori.
1. Belajar, Pembelajaran dan Prestasi Belajar.
Belajar merupakan salah satu kebutuhan manusia yang penting dalam
usahanya mempertahankan hidup dan mengembangkan dirinya dalam
kehidupan bermasyarakat. Belajar menjadi kebutuhan yang penting
karena dengan semakin pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang mendorong pembaharuan dalam segala aspek kehidupan
manusia, menuntut manusia untuk mengejar pembaharuan dan kemajuan
itu. Upaya untuk mengejar hal tersebut harus dilakukan sendiri
melalui suatu proses yang disebut belajar.
Pengertian belajar sebagaimana terdapat dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1994 : 14) adalah suatu upaya yang dilakukan manusia
dengan jalan berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Menurut
Dimyati (1984 : 124), belajar adalah proses yang melibatkan manusia
secara orang perorang sebagai suatu persatuan organisme, sehingga
terjadi perubahan pada pengetahuan, ketrampilan dan sikap.
Dari pengertian belajar yang terakhir tampak bahwa dalam belajar
terdapat suatu proses perubahan dalam diri manusia sebagai subjek
belajar tersebut. Lebih lanjut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994 :
14) mengartikan bahwa belajar sebagai suatu perubahan tingkah laku
manusia atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.sebagai suatu
proses perubahan tingkah laku manusia sebagai subjek belajar.
Perubahan yang dieroleh individu atau manusia sebagai subjek belajar
dapat diperoleh atau dicapai melalui suatu proses belajar atau
pembelajaran. Pembelajaran mengandung arti perolehan perubahan
tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat dari pengalaman
(Syah, 1995 : 89). Menurut Gagne pembelajaran merupakan seperangkan
peristiwa yang mempengaruhi subjek didik sedemikian rupa sehingga
proses belajar dapat terjadi secara langsung.
Proses dalam belajar dapat dilakukan manusia (individu) diberbagai
tempat dan berbagai waktu. Pengorganisasian secara sistematis
memperhatikan kedua hal tersebut secara formal dilakukan dalam suatu
wadah lembaga pendidikan yang secara khusus mengatur dan
mengorganisasikan kegiatan belajar sedemikain hingga proses dan
tujuan pembelajaran dapat terlaksana dan tercapai.
Dalam proses pembelajaran yang dilakukan dalam wadah lembaga
pndidikan formal yang dalam hal ini adalah sekolah, terdapat suatu
aktivitas belajar dan mengajar, menyampaikan dan memberikan informasi
– pengetahuan antara pendidik (pengajar/guru) dan peserta didik
(siswa). Proses dan tujuan dari kegiatan belajar mengajar secara
keseluruhan didesain oleh guru memperhatikan kondisi yang ada baik
itu kondisi peserta didik, kemampuan pendidik dan lingkungan tempat
proses tersebut berada.
Bertolak dari pengertian pengajaran yang dilakukan oleh guru dalam
proses pembelajaran yakni seperangkat peristiwa yang dapat
mempengaruhi objek didik sedemikian rupa sehingga proses belajar
mengajar dapat terjadi (Gagne, 1988), Sunaryo (1989 : 67) mengatakan
bahwa guru perlu memiliki kemampuan membuat perencanaan pengajaran
berupa desain pembelajaran. Desain yang dirancang oleh guru diarahkan
agar siswa sebagai peserta didik dapat mencapai tingkat belajar yang
seoptimal mungkin yang ditandai dengan tercapainya prestasi belajar
siswa.
Prestasi belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994 : 787)
adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh
mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai
angka yang diberikan guru. Prestasi belajar siswa ini merupakan
implementasi hasil belajar siswa sebagai hasil proses pembelajaran
yang diterimanya. Anonim (2003 : 29) mengatakan bahwa hasil belajar
dalan tinjauan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah pernyataan
unjuk kerja yang diharapkan dikuasai siswa setelah mengalami
pembelajaran dalam kompetensi tertentu.
Terkait dengan prestasi belajar siswa, dalam KBK tahun 2004, hasil
belajar siswa diukur berdasarkan standar yang dikenal dengan Kriteria
ketuntasan Minimal (KKM). KKM ini dinyatakan dalam bentuk persentase
berkisar antara 0 – 100. Dalam menentukan KKM dengan
mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik,
kompleksitas indikator dan kemampuan sumber daya pendukung. Dari
standar KKM yang menunjukkan batas minimal pencapaian ketuntasan yang
dicapai siswa, maka prestasi belajar siswa diukur berdasarkan
kemampuan siswa mencapai standar ketuntasan tersebut yang berarti
bahwa nilai prosentase ketuntasan siswa merupakan hasil belajar siswa
yang tinggi rendahnya menunjukkan prestasi belajar yang dicapai siswa
untuk mata pelajaran tertentu.
2. Metode Pembelajaran Kooperatif.
Kegiatan
Belajar Mengajar (KBM) merupakan proses aktif bagi siswa dan guru
urituk mengembangkan potensi siswa sehingga mereka akan “tahu”
terhadap pengetahuan dan pada akhirnya “mampu” untuk melakukan
sesuatu (Anonim, 2003 : 12).
METODE
PRAKTIS PEMBELAJARAN ( PBL )
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Usaha peningkatan sumber daya manusia sedang marak dilakukan di
negara ini. Salah satu perwujudannya adalah melalui peningkatan
kualitas pendidikan yang diusahakan oleh pemerintah sedemikian rupa
sehingga terjadi penyempurnaan dan perubahan kurikulum beberapa kali.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan
konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan
melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi
tertentu, sehingga hasilnya dapat
dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat
kompetensi tertentu. Dengan demikian, implementasi kurikulum dapat
menumbuhkan tanggung jawab dan partisipasi peserta didik untuk
belajar menilai dan mempengaruhi kebijakan umum (public
policy), serta memberanikan diri
berperan serta dalam berbagai kegiatan, baik di sekolah maupun di
masyarakat.
Guru sebagai fasilitator seperti yang diharapkan oleh KBK dituntut
untuk dapat mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana kegiatan
belajar mengajar yang kondusif sehingga dapat mencapai tujuan
pendidikan sesuai yang diharapkan KBK. Oleh karenanya, guru dituntut
pula untuk lebih professional, inovatif, perpsektif dan pro aktif
dalam melaksanakan tugas pembelajaran.
Bahasa Inggris sebagai bahasa internasional
memerankan bagian yang sangat penting. Selain digunakan sebagai media
untuk berkomunikasi juga digunakan untuk menguasai teknologi yang
perkembangannya menuntut kita untuk mempelajarinya lebih dalam.
Pembelajaran bahasa Inggris harus mencakup 4 ketrampilan berbahasa
yaitu : membaca (reading),
menyimak (listening),
berbicara (speaking),
dan menulis (writing)
secara terpadu. Membaca adalah salah satu ketrampilan berbahasa yang
harus dikuasai siswa untuk memahami isi suatu wacana.
B. Identifikasi Masalah
Pembelajaran secara konvensional (teacher
centered situation) tidak dapat
mengajak siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, yang
diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan mudah. Oleh
karena itu, guru hendaknya merubah kegiatan pembelajaran menjadi
modern (students centered situation)
yang dapat meningkatkan minat siswa untuk belajar menemukan sendiri,
bekerjasama dan mengkomunikasikan hasil belajarnya serta membuat
siswa semakin aktif dan kooperatif.
Membaca (reading)
adalah salah satu ketrampilan dari 4 ketrampilan berbahasa yang harus
dikuasai dalam pengajaran bahasa Inggris. Namun yang terjadi didalam
kelas ketika diberikan kegiatan membaca teks dan siswa diminta untuk
memahami isi teks melalui pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh
guru sangatlah jauh dari yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh
beberapa sebab antara lain; (1) Teks yang diberikan adalah teks
bahasa Inggris yang merupakan bahasa asing di Indonesia, sehingga
pemahaman siswa akan kata perkata (Vocabulary
mastery) yang digunakan untuk
mengetahui isi bacaan sangatlah jauh dari yang diharapkan. (2) Karena
vocabulary mastery
pada siswa sangat minim membuat siswa tidak dapat memahami secara
langsung informasi-informasi baik yang tersurat maupun yang tersirat
didalam bacaan. (3) Dengan hanya membaca teks siswa tidak merasa
senang sebagaimana tujuan pada kegiatan membaca.
Ada beberapa hal yang terjadi pada siswa
sehubungan dengan 3 alasan tersebut diantaranya adalah; siswa tidak
membaca teks secara keseluruhan, siswa tidak mau berusaha mencari
arti didalam kamus, siswa tidak menjawab pertanyaan baik mengenai
informasi yang tersirat maupun tersurat dengan tepat namun mereka
mengambil jawaban hanya dengan menjodohkan kalimat yang sama tanpa
memahami maksudnya. Jika hal ini dibiarkan berlarut maka
dikhawatirkan keinginan siswa untuk meningkatkan kemampuan penguasaan
kosa kata (vocabulary mastery)
akan berkurang dan mungkin hilang, siswa tidak mau berusaha untuk
menemukan informasi yang ada didalam bacaan, kerjasama antar kelompok
tidak bisa maksimal karena kegiatan yang dilakukan siswa tidak
memotivasi siswa untuk menyelesaikan bersama dengan rasa senang,
keadaan kelas yang teacher-centered membuat komunikasi didalam kelas
sangat tidak aktif dan membuat siswa takut atau malu bertanya tentang
permasalahan yang dihadapinya didalam kegiatan membaca. Hal ini juga
berpengaruh pada pendekatan pada siswa untuk selalu suka belajar.
Gejala-gejala tersebut dapat terlihat dari observasi yang dilakukan
oleh peneliti bersama teman kolaborator pada saat pra siklus yang
menjadikan landasan bagi peneliti untuk melaksanakan siklus-siklus
berikutnya guna mencapai tujuan pembelajaran. Gambaran hasil kegiatan
Pra siklus adalah sebagai berikut:
No
|
Keterangan
|
Bagus
|
Sedang
|
Kurang
|
1
|
Siswa aktif membaca Teks
|
|
|
√
|
2
|
Siswa menjawab pertanyaan tentang
pemahaman isi bacaan
|
|
|
√
|
3
|
Siswa Memahami Kosa kata
|
|
|
√
|
4
|
Siswa menyelesaikan tugas
|
|
|
√
|
5
|
Siswa aktif mencari kosa kata
dikamus
|
|
|
√
|
6
|
Siswa aktif bertanya kepada teman
atau guru
|
|
|
√
|
7
|
Siswa Memahami pengucapan
(pronunciation)
|
|
|
√
|
8
|
Siswa merasa senang dengan proses
pembelajaran
|
|
|
√
|
Tabel 1 : Hasil kegiatan pra siklus
Sementara hasil evaluasi dari kegiatan pra siklus ini sangat tidak
memuaskan dan tergambar sebagai berikut:
No
|
NAMA KELOMPOK
|
NILAI
|
1.
|
KELOMPOK 1
|
55
|
2.
|
KELOMPOK 2
|
55
|
3.
|
KELOMPOK 3
|
60
|
4.
|
KELOMPOK 4
|
60
|
5.
|
KELOMPOK 5
|
50
|
6.
|
KELOMPOK 6
|
50
|
|
RATA-RATA
|
55
|
Tabel 2 : Hasil evaluasi pra siklus
Penerapan Project
Based learning (PBL), yang merupakan
pembelajaran yang terfokus pada konsep inti dan prinsip displin,
melibatkan siswa di dalam pemecahan masalah, penyelidikan dan
tugas-tugas lain yang bermanfaat, membuat siswa bekerja secara
otonomi untuk membentuk pengetahuan mereka dan menghasilkan suatu
produk tertentu, dapat dilakukan melalui berbagai media dan teknik
salah satunya adalah dengan bercerita.
C. Rumusan Masalah
Permasalahan yang timbul dalam pembelajaran bahasa Inggris adalah
kesulitan siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran,
terutama dalam pencapaian ketrampilan berbahasa membaca.
Adapun
rumusan masalahnya adalah: Bagaimanakah aktivita siswa dalam
pembelajaran bahasa Inggris melalui model PBL dengan menggunakan
teknik bercerita?
Bagaimanakah
hasil pencapaian ketrampilan berbahasa membaca melalui model PBL
dengan menggunakan teknik bercerita?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan untuk mencapai tujuan sebagai berikut:
Mendiskripsikan
aktivitas siswa dalam pencapaian ketrampilan berbahasa membaca pada
pembelajaran bahasa Inggris melalui model PBL dengan menggunakan
teknik bercerita.
Mendiskripsikan
hasil pencapaian ketrampilan berbahasa membaca melalui model PBL
dengan menggunakan teknik bercerita
E. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat terutama bagi guru
untuk:
Memberikan inspirasi kegiatan yang menyenangkan yang dapat dilakukan
dalam pembelajaran bahasa Inggris.
Membuktikan pencapaian ketrampilan berbahasa membaca yang dapat
dicapai dengan teknik bercerita.
Meningkatkan efektifitas pembelajaran bahasa Inggris.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian tindakan kelas atau Classroom Action Research, yaitu
penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya atau disekolah tempat
dia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan
proses dan praktis pembelajaran.
Tujuan PTK adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktek
pembelajaran secara berkesinambungan sehingga meningkatkan mutu hasil
instruksional; mengembangkan ketrampilan guru; meningkatkan
relevansi; meningkatkan efisiensi; pengolahan instruksional serta
menumbuhkan budaya meneliti pada komunitas guru.
PTK menggambarkan sebagai suatu proses yang dinamis meliputi aspek
perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi yang merupakan langkah
berurutan dalam satu siklus atau daur yang berhubungan dengan siklus
berikutnya. Akar pelaksanaan PTK digambarkan dalam bentuk spiral
tindakan (adaptasi Hopkins, 1993) sebagai berikut:
Siklus
1
Siklus
2
B. Ketrampilan Berbahasa Membaca
Ketrampilan berbahasa Membaca sangat dibutuhkan untuk dapat memahami
isi suatu wacana. Secara umum tujuan membaca diklasifikasikan:
(a) Mendapatkan informasi umum dari teks.
(b) Mendapatkan informasi khusus dari teks.
(c) Membaca untuk kesenangan.
In general, the purpose of reading is classified into; (a)
getting general information from the text; (b) getting specific
information from the text; and (c) reading for pleasure or for
interes (Williams:1984).
In classroom practice, we divide the reading activities into three
interrelated stages. i.e. pre reading activities, whilst reading
activities, post reading activities (Williams: 1984, Wallace ;1988,
Wallace ;1972
Tujuan Pembelajaran Umum Membaca
Menemukan
informasi tertentu
Mendapatkan
gambaran umum tentang isi bacaan
Menemukan pikiran
utama yang tersurat
Menemukan pikiran
utama yang tersirat
Menemukan semua
informasi rinci yang tersurat
Mendapatkan
informasi yang tersirat
Menafsirkan makna
kata frase dan kalimat berdasarkan konteks
Mendapatkan rasa
senang
Kegiatan pengajaran membaca di dalam kelas dibagi menjadi 3
tahap yang berhubungan yaitu:
1. Kegiatan pre reading,
Tujuannya
memperkenalkan dan menumbuhkan ketertarikan topik.
Memotivasi siswa
dengan menjelaskan tujuan membaca.
Mempersiapkan
beberapa perbendaharaan kata sehubungan dengan teks.
2. Kegiatan whilst reading, membaca teks
Scan, membaca
untuk mendapat informasi tertentu
Skim, membaca
untuk mendapatkan inti dari bacaan
Read between the
lines, membaca diantara baris
Read intensively
for detail information, membaca intensif untuk mendapatkan
informasi detil
Detect references,
mendeteksi referensi
Deducing meaning
from context, mengambil kesimpulan dari text.
3. Post reading, evaluasi pemahaman bacaan sehubungan dengan
tugas-tugas.
C.
Model Pembelajaran Project Based Learning
Pembelajaran Project
Based Learning adalah pembelajaran yang
terfokus pada konsep inti dan prinsip displin, melibatkan siswa di
dalam pemecahan masalah, penyelidikan dan tugas-tugas lain yang
bermanfaat, membuat siswa bekerja secara otonomi untuk membentuk
pengetahuan mereka dan menghasilkan suatu produk tertentu.
Regie stites of SRI, International, 1998
Several points should be kept in mind when considering the finding
research that compare the relative impacts of PBL and more
traditional learning activities on student achievement:
Project-based learning is typically implemented in the context of
comprehensive educational reforms and therefore it is difficult to
isolate the effects of PBL on student learning.
Project-based learning and closely related instructional
strategies (such as problem based learning and the project approach)
are implemented differently in different context and therefore it is
difficult to compare results across cases.
Project based learning is linked to a theory of learning
(constructivism) that entails a shift in learning objectives
(stressing higher order thinking skills and performance-based,
authentic assessments) and therefore standardized achievement tests
may not be the best measures of PBL’ impact.
Di dalam kelas, PBL memberikan kesempatan luas kepada guru untuk
menjalin hubungan dengan siswa. Guru dapat menjadi pembina,
fasilitator dan rekan kerja. Pembahasan penyelesaian produk,
perencanaan dan pemecahan masalah adalah pokok bahasan yang dilakukan
baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Produk yang diselesaikan oleh siswa dapat digunakan sebagai bahan
untuk berkomunikasi antar guru, untuk dijadikan perbandingan dan
kajian ulang tentang teknik pengajaran sehingga dapat diharapkan akan
menghasilkan suatu kesimpulan tentang teknik pengajaran yang efektif
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
PBL membantu pengembangan:
Kemampuan kerja secara berkelompok.
Kecakapan hidup / life skill, contohnya memimpin kerja
kelompok dan membuat rencana kerja.
Pemaksimalan penggunaan teknologi / media apa saja untuk melengkapi
tampilan produk.
Kemampuan kognitif, contohnya membuat keputusan, memberikan
penilaian, pemecahan masalah.
Kemampuan pengaturan diri, pengaturan tempat kerja, penyusunan tugas
dan pengaturan waktu.
Sikap, menyukai belajar dan ketertarikan untuk belajar lebih lanjut.
Kecakapan, pengendalian diri, keinginan untuk berprestasi.
Hasil dari PBL adalah hasil yang produktif, karena PBL dapat
memperkenalkan ketrampilan professional dan strategi disiplin.
Menyatukan penerapan ketrampilan yang dihubungkan dengan perencanaan,
penyelesaian, pemantauan dan penilaian di dalam penyelidikan
intellectual / penelitian ilmiah. Mengembangkan kemampuan untuk
berinisiatif, berusaha dan mandiri. Mengembangkan kemampuan
metakognitif, contohnya pemantauan dan evaluasi terhadap diri
sendiri. Membuat pembelajaran lebih berarti dengan menyatukan konsep
antar mata pelajaran. Menghubungkan kemampuan kognitif, sosial dan
pengaturan diri.
D.
Pelajaran Bahasa Inggris
Bahasa Inggris adalah bahasa asing yang dianggap penting diajarkan
untuk tujuan penyerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni budaya, serta pengembangan hubungan antar bangsa.
Salah satu teknik yang dapat dilaksanakan untuk melaksanakan
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) adalah
dengan model PBL.
E.
Bercerita
Cerita, tuturan yang membentangkan bagaimana sesuatu terjadi,
peristiwa, hal atau kejadian dsb; karangan yang mengisahkan
perbuatan, pengalaman, penderitaan orang dsb. Dongengan; cerpen;
cerita pendek.
Bercerita adalah salah satu kegiatan yang menarik terutama bagi siswa
Sekolah Dasar. Bercerita dapat dijadikan sebagai salah satu media
pembelajaran dengan model PBL untuk mencapai ketrampilan berbahasa
membaca. Berbagai cara dapat dilakukan untuk menyelipkan ilmu, pesan
moral dan sebagainya dengan bercerita. Penggunaan gerakan tangan
(gesture), peragaan expressi, pengulangan kata, penambahan lagu dan
pemeranan tokoh dapat dilakukan pada saat bercerita untuk pencapaian
ketrampilan berbahasa membaca.
F. Hipotesis Tindakan
Jika Pembelajaran
didalam kelas menggunakan model pembelajaran PBL, maka siswa akan
berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran dan aktif menyelesaikan
tugas-tugas.
Jika teknik
bercerita diterapkan didalam kegiatan pembelajaran, maka ketrampilan
berbahasa membaca siswa akan meningkat.
Waallahu
a'lam bishawab.
Wassalam,
Amingsa
syah, Cirebon, Indonesia 2013