Latest Entries »

Senin, 19 Agustus 2013

IBNU SINA SANG FILOSOF DAN DOKTER SUPER


IBNU SINA
Sang Filosof dan Dokter Super


Mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW., adalah al-Quran al-Karim banyak menguak dan menyimpan berbagai khazanah ilmu pengetahuan sebagai jalan bagi ummat manusia untuk membuka tabir misteri alam ini. Ilmu pengetahuan kedokteran merupakan salah satu khazanah ilmu yang diambil dari kitab suci ummat Islam ini, banyak ilmuan muslim yang mampu menelurkan karya-karya besar dalam dunia kedeoktern.

Ibnu Sina merupakan seorang pionir muslim yang telah menguncangkan dunia kedeoktern dengan mahakarya yang tiada tertandingi, sampai-sampai serjana Barat mengatakan bahwa tidak ada satu rujukan pun dalam ilmu kedokteran yang tidak mengambil rujukan dari Ibnu Sina. Hal ini adalah kontribusi terbesar Ibnu Sina dalam bidang kedokteran dapat dilihat dari karyanya yang terkenal, al-Quran fi al-Tibb. Di Barat lebih terkenal dengan The Canon.

Ibnu Sina di Barat lebih masyhur dengan nama Avicenna. Ia lahir pada tahun 980 di Afghanistan. Pelajaran pertama yang diterimanya adalah pelajaran tentang al-Quran dan sastra, yang diberikan dan ajarkan secara privat. Di samping itu juga, ia mempelajari ilmu Agama seperti: tafsir, fikih dan tasawuf. Dikarenakan kecerdasannya itu, yang luar biasa, Ibnu Sina berhasil menguasai semua ilmu tersebut ketika umurnya masih sangat belia, yakni 10 tahun. Setelah itu Ibnu Sina melanjutkan pendidikannya dengan belajar ilmu hukum, logika, matematika, politik, fisika, kedokteran, dan filsafat. Ibnu Sina dikenal sebagai seorang otodidak yang amat tekun dan cerdas. Dikisahkan, Ibnu Sina menguasai ilmu kedokteran dalam waktu setengah tahun tanpa ada bimbingan seorang guru.
 
Pada usia 17 tahun, Ibnu Sina berhasil menangani penyakit khalifah Nuh bin Mansur. Oleh sebab itu, Ibnu Sina memperoleh izin untuk belajar di perpustakaan pribadi sang khalifah. Di perpustakaan tersebut, ia berkesempatan mendalami ilmunya. Ia mempelajari semua koleksi buku yang ada di tempat itu. Kemudian pada usia 18 tahun, Ibnu Sina telah menguasi seluruh cabang ilmu pengetahuan yang ada pada masanya.

Sepeninggal Ayahnya, Ibnu Sina memutuskan untuk meninggalkan Bukhara menuju Jurjan, dari Jurjan ia terus mengembara hingga tiba Khwarazm, sebelum kemudian sampai ke Mamadzam. Selama dalam perjalanan tersebut, pemikiran filsafat Ibnu Sina semakin bertanbah matang. Pada suatu waktu, ia berhasil membangun pemikiran fisafatnya sendiri sebagai susuatu sistem yang lengkap dan terperinci.

Pada masa itu, Ibnu Sina menghasilkan sebuah karya besar yang berjudul Qanun Fi al-Thibb (Canon of Medicine). Buku ini di anggap sebagai “buku suci” ilmu kedokteran dan dijadikan buku pegangan para mahasiswa Eropa. Buku yang disebut sebagai ensklopedia kedeoktern ini telah menguasai dunia pengobatan Eropa selama kurang lebih 500 tahun. Qonun berarti Ibrani, latin, Perancis, Spanyol, Itali, dan sebagainya. Sejak zaman Dinasti Han di Cina, buku ini menjadi setandar kedokteran Cina. Teori anatomi dan fisiologi yang tertulis di dalamnya telah mendasari sebagian besar analogi manusaia terhadap Negara. Qanun Fi al-Thibb atau Canon of Medicine juga pernah di terbitkan di Roma (1593) dan di India (1323). Salah satu pernyataan dalam buku ini yang menjadi dasar bagi sejumlah teori kedokteran adalah bahwa darah mengalir terus-menerus dalam suatu lingkaran dan tidak akan pernah berhenti.

Ibnu Sina juga menulis sebuah buku tentang penyakit saraf (neurasthenia). Buku tersebut membahas sejumlah metode pembedahan yang menegaskan perlunya luka dibersihkan (disinfection) agar steril. Proses ini di sebut sterilisasi.

Selain dikenal sebagai seorang filosof dan dokter, Ibnu Sina adalah seorang mentri pula. Ia memegang jabatan tersebut pada masa pemerintahan Syamsuddaulah di Hamadzan. Begitu juga, di sela-sela semua kesibukannya, Ibnu Sina terus berkarya dan menghadirkan karya. Pada masa tersebut, Ibnu Sina menulis satu buah karya filsafat monumentalnya yang berjudul asy-Syifa. Di dalam buku ini, Ibnu Sina mengulas berbagai macam ilmu, seperti logika, fisika, matematika, dan metafisika ketuhanan, secara mendalam. Kemudian buku ini di terbitkan di Roma (1593) dan di Mesir (1331). Adapun bagian khusus metafisika dan fisika pernah dicetak dengan cetakan batu di Therean. Sementara itu, pasal keenam dari bagian fisika, yang oleh lembaga keilmuan Cekoslovakia di Parha, sebelum kemudian diterjemahkan dalam bahasa Prancis. Pada tahuan 1951, pemerintah Mesir dan Arab membentuk panitia penyunting asy-Syifa di Cairo.

Keasalian pemikran Ibnu Sina mengudang kekaguman para Ahli Barat dan Timur. Buku terakhir karya Ibnu Sina yang paling baik menurut filosof dunia adalah al-Isyarat wat-Tanbihat. Pada tahun 1892, buku ini diterbitkan di Leiden. Terakhir, al-Isyarat wat-Tanbihat diterbitkan di Kairo pada tahun 1947.

Di tengah-tengah semua kesibukannya tersebut, Ibnu Sina tiba-tiba jatuh sakit. Ia wafat pada tahun 1037 (428) di Hamadzan. Pada tahun 1955, Ibnu Sina dinobatkan sebagai Father of Doctors (bapak kedokteran). Sebuah menumen pun dibangun untuknya. Peristiwa tersebut dalam rangka memperingati 1.000 tahun kelahiran Ibnu Sina (Fair Millenium) di Teheran.

Demikianlah selayang pandang seorang ilmuan muslim yang sangat dikagumi oleh para ilmuan besar dunia dengan karya-karya yang monumental. Banyak gelar yang disandangnya tersebut, seperti “Hujjatul Haq” (Bintang Kebenaran), “ Syaraful Mulk” (Kebanggaan Kerajaan), “al-Syaikh al-Rais” (Mahaguru/Pemimpin) dan gelar kebanggaan lainnya.

Sudah selayaknya dunia kedeoktern banyak berterima kasih atas kontribusi sang Mahaguru ilmu kedokteran yang berjiwa sufi ini. Kebesaran figur Ibnu Sina kini diabadikan nama sebuah Auditorium besar pada fakultas kedeokteran Universitas Paris dan Perancis. Dan menjadi renungan buat kita, biasakah Ibnu Sina di abad modern ini, bangkit kembali untuk mengabil mahkota kedokteran dunia yang kini tengah disandang oleh ilmuan Barat? Sebuah pertanyaan yang harus dijawab dengan meningkatkan potensi diri, mudah-mudahan kita dapat melakukan sesuatu yang berarti bagi bangsa dan agama kita.

Wa Allahu a'lam bisshawab,

Wassalam,
Amingsa syah, Cirebon, Indonesia 2013

Selasa, 13 Agustus 2013

KREATIVITAS ANAK


KREATIVITAS ANAK
DALAM MERANGKAI ROBOT MAINNAN


Seorang anak kecil umur berkisaran 6 tahun merupakan masa-masa aktifnya yakni dalam bermain atau pun melakukan suatu aktivitas-aktivitasnya. Bahkan ada sebagian orang dewasa mengira aktvitas-aktivitas anak kecil tersebut di anggap dengan perbuatan nakal. Padahal kalau diperhatikan aktivitas-aktivitas anak kecil itu sangat unik dan bagus. Seperti kreativitas anak kecil dalam merangkai robot mainan, hal ini belum tentu orang dewasa bisa melakukannya. penulis kali ini mencoba mempersembahkan gambar-gambar kreivitas anak dalam merangkai robot mainnan.














Wa Allahu a'lam bisshawab,

Wassalam,
Amingsa syah, Cirebon, Indonesia 2013

Sabtu, 10 Agustus 2013

SELAMAT 'IDUL FITRI



TIADA KATA TERLAMBAT
UNTUK SALING MEMAAFKAN


SELAMAT HARI RAYA 
" 'IDUL FITRI" TAHUN 1434 H

SELAMAT MERAYAKAN 
"HARI KEMENANGAN" TAHUN 1434 H

SELAMAT MERAYAKAN 
"LEBARAN" TAHUN 2013 M





MARI KITA SUCIKAN HATI DAN JIWA KITA
 UNTUK SALING MEMAAFKAN
AGAR KITA MENDAPATKAN 
AMPUNNAN, RAHMAT DAN RIDHA DARI ALLAH SWT

MUDAH-MUDHAN KITA KEMBALI KEPADA KESUCIAN
MUDAH-MUDAHAN KITA SELALU DALAM BIMBINGAN ALLAH SWT UNTUK MENAFAKI 11 BULAN 
YANG AKAN DATANG, MUDAH-MUDAHAN DENGAN IZIN ALLAH SWT KITA BISA BERTEMU KEBALI 
RAMADAHAN YANG AKAN DATANG

@@@AAMIIIN@@@


Wa Allahu a'lam bisshawab,

Wassalam,
Amingsa syah, Cirebon, Indonesia 2013
http://desiadha.blogspot.com

Minggu, 04 Agustus 2013

MENGAKHIRI RAMADHAN


Mengakhiri Ramadhan dengan Hasanah
Sudah menjadi hukum kausalitas (sunnatullah), dimana ada pertemuan pasti ada perpisahan itulah kehidupan di dunia yang pana ini. Begitu juga, perihal dengan bulan ramadhan setiap tahunnya ada pertemuan awal ramadhan dan ada perpisahan dengan akhir ramadhan. Oleh sebab itu pertemuan awal ramadhan dengan amal yang baik dan diakhirnya pun dengan amal yang baik juga, kalau perlu diakhirnya dengan amal-amal yang terbaik untuk menggapi ridha Allah SWT.
Beberapa hari lagi akan berakhirnya bulan ramadhan dan akan menjadi saksi atas amal-amal kita. Berbahagia dan selamat bagi yang amalnya baik, yang amalnya itu akan menolong kita untuk masuk Surga dan bebas dari Api Neraka. Dan celaka bagi orang yang buruk amalnya lantaran kelengahan dan menyia-nyiakan waktu Ramadhan. Maka perpisahan dengan Ramadhan hendaknya diakhiri dengan kebaikan, karena ketentuan amal itu pada punghujungnnya. Barangsiapa berbuat baik di bulan Ramadhan hendaklah menyempurnakan kebaikannya, dan barangsiapa berbuat jahat hendaklah ia bertobat dan menjalankan kebaikan pada sisa-sisa umurnya. Barangkali tidak akan menjumpai lagi hari-hari Ramadhan setelah tahun ini. Maka hendaklah diakhiri dengan kebaikan dan senantiasa melanjutkan perbuatan baik yang telah dilakukan di bulan Ramadhan pada bulan-bulan lain. Karena Allah SWT, yang memiliki bulan-bulan itu hanyalah satu, dan Dia mengawasimu dan menyaksikan kita. Dan Dia memerintahkan kita untuk taat selama hidup kita.

Sebagian orang beribadah di bulan Ramadhan secara khusus. Mereka menjaga shalat-shalatnya di masjid-masjid, memperbanyak baca Al-Quran, dan menginfakkan hartanya. Lalu ketika bulan Ramadhan usai, mereka bermalas-malasan, kadang-kadang mereka meninggalkan shalat Jum'at dan tidak berjama'ah. Mereka itu telah merusak apa yang telah mereka bangun sendiri, dan menghancurkan apa yang mereka bina. Seakan-akan mereka menyangka, ketekunannya di bulan Ramadhan itu bisa menghapuskan dosa dan kesalahannya selama setahun. Juga mereka anggap bisa menghapus dosa meninggalkan kewajiban-kewajiban dan dosa melanggar hal-hal yang haram. Mereka tidak menyadari bahwa penghapusan dosa karena berbuat kebaikan di bulan Ramadhan dan lainnya itu hanyalah terhadap dosa-dosa kecil dan itupun terikat dengan menjauhkan diri dari dosa-dosa besar.
Allah Ta'ala berfirman, artinya: "Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar diantara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil)." (An-Nisaa': 31).
Nabi SAW bersabda, artinya: "Shalat lima waktu, Jum'at sampai dengan Jum'at berikutnya, dan Ramadhan sampai Ramadhan berikutnya adalah penghapus dosa yang terjadi diantara waktu-waktu tersebut, selama dosa-dosa besar ditinggalkan. "(HR. Muslim).

Dosa besar mana selain syirik (menyekutukan Allah Ta'ala) yang lebih besar daripada meninggalkan shalat? Tetapi meninggalkan shalat itu sudah menjadi kebiasaan yang lumrah bagi sebagian orang. Ketekunan mereka di bulan Ramadhan tidak ada gunanya sama sekali bagi mereka jikalau mereka melanjutkannya dengan kemaksiatan-kemaksiatan berupa meninggalkan kewajiban-kewajiban dan melanggar larangan-larangan Allah Ta'ala.

Sebagian ulama ditanya tentang kaum yang tekun ibadah di bulan Ramadhan, tetapi setelah usai, mereka meninggalkannya dan berbuat buruk. Maka dijawab: Seburuk-buruk kaum adalah yang tidak mengenal Allah kecuali di bulan Ramadhan. Ya, benar. Karena orang yang mengenal Allah tentunya ia akan takut padaNya setiap waktu (bukan hanya di bulan Ramadhan).
Sebagian orang kadang berpuasa Ramadhan dan menampakkan kebaikan serta meninggalkan maksiat, narnun itu semua bukan karena keimanan dan kesadaran. Mereka mengerjakan itu hanyalah dalam rangka basa-basi dan ikut-ikutan. Karena hal ini terhitung sebagai tradisi masyarakat. Perbuatan ini adalah kemunafikan besar, karena orang-orang munafik memang pamer kepada manusia dengan menampak-nampakkan ibadahnya.

Rasulullah SAW bersabda: "Telah masuk pada kalian bulan kalian ini," kata Abu Hurairah dengan menirukan sumpah Rasulullah SAW, "tidak ada bulan yang melewati Muslimin yang lebih baik bagi mereka daripadanya, dan tidak ada bulan yang melewati orang-orang munafik yang lebih buruk bagi mereka daripadanya," kata Abu Hurairah dengan menirukan sumpah Rasulullah SAW., "Sesungguhnya Allah pasti akan menulis pahalanya dan sunnat-sunnatnya sebelum (mukmin) memasukinya (bulan Ramadhan itu), dan akan menulis dosanya dan celakanya sebelum (munafik) memasukinya. Hal itu karena orang mukmin menyediakan makanan dan nafakah/belanja di bulan itu untuk ibadah kepada Allah, dan orang munafik bersiap-siap di bulan itu karena membuntuti kelalaian-kelalaian mukminin dan membuntuti aurat-aurat (rahasia-rahasia) mereka, maka dia (munafik) memperoleh jarahan yang diperoleh orang mukmin." (HR. Ahmad dan lbnu Khuzaimah dalam Shahihnya dan Abi Hurairah).
Orang mukmin bergembira dengan selesainya Ramadhan karena telah memanfaatkan bulan itu untuk ibadah dan taat, maka dia mengharap pahala dan keutamaannya. Sedang orang munafik bergembira dengan selesainya bulan itu karena akan berangkat untuk bermaksiat dan mengikuti syahwat yang selama Ramadhan itu telah terkungkung.

Oleh karena itu orang mukmin melanjutkan kegiatan setelah bulan Ramadhan dengan istighfar, takbir dan ibadah, namun orang munafik melanjutkannya dengan maksiat-maksiat, hura-hura, pesta-pesta musik dan nyanyian karena girang dengan berpisahnya Ramadhan dari mereka. Maka bertaqwalah kepada Allah wahai hamba Allah, dan berpisahlah dengan Ramadhanmu dengan taubat dan istighfar.
Menutup Ramadhan
Wahai hamba-hamba Allah yang beriman, termasuk hal yang disyari'atkan Allah dalam menutup Ramadhan yang diberkahi ini adalah shalat led dan membayar zakat fitrah sebagai rasa syukur kepada Allah Ta'ala atas telah ditunaikannya kewajiban puasa. Sebagaimana Allah mensyari'atkan shalat iedul Adha sebagai tanda syukur kepada-Nya atas penunaian kewajiban ibadah haji. Keduanya adalah Hari Raya Islam. Telah diriwayatkan secara shahih dari Nabi SAW bahwa beliau ketika datang di Madinah penduduknya mempunyai dua hari yang mereka itu bermain-main di hari itu, beliau bersabda: "Sungguh Allah telah mengganti untuk kalian dua hari tersebut dengan yang lebih baik daripada keduanya, (yaitu) hari (raya) kurban dan hari (raya) fitri."

Maka tidak boleh menambahi dua hari raya ini dengan mengadakan hari-hari raya baru yang lain. Hari raya dalam Islam itu disebut ied (kembali) karena dia itu kembali dan berulang-ulang lagi setiap tahun dengan kegembiraan dan kesenangan, karena karunia yang telah Allah mudahkan berupa pelaksanaan ibadah puasa dan haji, yang keduanya itu adalah termasuk rukun Islam.

Dan karena Allah SW mengembalikan pada dua hari raya itu atas hambanya dengan kebaikan, dan membebaskan dari api Neraka. Sungguh Nabi SAW telah memerintahkan khalayak urnum, sampai wanita-wanita sekalipun, agar keluar untuk shalat ied. Kaum wanita disunnahkan menghadirinya tanpa pakai wewangian, tidak berpakaian dengan pakaian bias dan pakaian yang menarik perhatian, dan tidak bercampur aduk dengan lelaki. Sedang wanita yang sedang haidh agar keluar untuk menghadiri da'wah (khutbah) dan menjauhi tempat shalat.

Keluar untuk shalat ied itu adalah menampakkan syiar Islam dan menjadi suatu pertanda yang nyata, maka bersemangatlah untuk menghadirinya wahai orang yang dirahmati Allah. Karena sesungguhnya ied itu termasuk kesempurnaan hukum-hukum pada bulan yang diberkahi ini. Upayakanlah betul-betul untuk khusyu', ghaddhul bashar (menjaga pandangan dan yang haram), dan tidak isbal(tidak memanjangkan pakaian sampai bawah mata kaki bagi lelaki). Hendaklah menjaga lisan dan omong kosong, porno, dan bohong. Juga jagalah pendengaran dan mendengarkan perkataan yang tak karuan, nyanyian-nyanyian, musik, dan mendatangi pesta-pesta, hura-hura dan permainan yang diadakan oleh sebagian orang bodoh. Karena seharusnya ketaatan itu diikuti dengan ketaatan pula, bukan sebaliknya. Oleh karena itu Nabi mensyari'atkan bagi ummatnya untuk menyambung puasa Ramadhan itu dengan puasa sunnat 6 hari di bulan Syawwal.

Bahwasanya Nabi SAW bersabda:
"Barangsiapa berpuasa Ramadhan dan diikuti dengan (puasa sunnah) enam hari dari Bulan Syawwal maka seakan-akan ia berpuasa setahun." (HR. Muslim).
Imam Ahmad dan An-Nasa'i, meriwayatkan dari Tsauban, Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda "Puasa Ramadhan (ganjarannya) sebanding dengan (puasa) sepuluh bulan, sedangkan puasa enam hari (di bulan Syawal, pahalanya) sebanding dengan (puasa) dua bulan, dan karenanya bagaikan berpuasa selama setahun penuh. "
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: Barangsiapa berpuasa Ramadhan lantas disambung dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia bagaikan telah berpuasa selama setahun. " (HR. Al Bazzar)
Pahala puasa Ramadhan yang dilanjutkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal menyamai pahala puasa sate tahun penub, karena setiap hasanah (kebaikan) diganjar sepuluh kali lipatnya, sebagaimana telah disinggung dalam hadits Tsauban di atas.
Membiasakan puasa
Membiasakan puasa setelah Ramadhan memiliki banyak manfaat, di antaranya:
1- Puasa enam hari di bulan Syawal setelah Ramadhan, merupakan pelengkap dan penyempurna pahala dari puasa setahun penuh.
2- Puasa Syawal dan Sya'ban bagaikan shalat sunnah rawatib, berfungsi sebagai penyempurna dari kekurangan, karena pada hari Kiamat nanti perbuatan-perbuatan fardhu akan disempurnakan (di-lengkapi) dengan perbuatan-perbuatan sunnah. Sebagaimana keterangan yang datang dari Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam di berbagai riwayat. Mayoritas puasa fardhu yang dilakukan kaum muslimin memiliki kekurangan dan ketidaksempurnaan, maka hal itu membutuhkan sesuatu yang menutupi dan menyempumakannya.
3- Membiasakan puasa setelah Ramadhan menandakan diterima-
nya puasa Ramadhan, karena apabila Allah Ta'ala menerima
aural seorang hamba, pasti Dia menolongnya dalam meningkatkan perbuatan baik setelahnya. Sebagian orang bijak mengatakan: "Pahala amal kebaikan adalah kebaikan yang ada sesudahnya." Oleh karena itu barangsiapa mengerjakan kebaikankemudian melanjutkannya dengan kebaikan lain, maka hal itu merupakan tanda alas terkabulnya aural pertama. Demikian pula sebaliknya, jika seseorang melakukan suatu kebaikan lalu diikuti dengan yang buruk maka hal itu merupakan tanda tertolaknya amal yang pertama
4- Puasa Ramadhan -sebagaimana disebutkan di atas dapat mendatangkan maghfirah atas dosa-dosa masa lalu. (hang yang berpuasa Ramadhan akan mendapatkan pahalanya pada Han Raya Iedul Fitri yang merupakan hari pembagian hadiah, maka membiasakan puasa setelah ledul Fitri merupakan bentuk rasa syukur atas nikmat ini. Dan sungguh tak ada nikmat yang lebih agung dari pengampunan dosa-dosa. Oleh karena itu termasuk sebagian ungkapan rasa syukur
Demikianlah penulis mencoba menulis “Mengakhiri Ramadhan” sebagai upaya mengakhiri ramadhan dengan khusnul khotimah. Agar pembuktian cinta kita kepada Allah SAW dan RasUlullah SAW, terus berjalan dengan istiqamah. Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat wabil khusus penulis dan umumnya pembaca yang budiman. 
Wa Allahu a'lam bisshawab,
Wassalam,
Amingsa syah, Cirebon, Indonesia 2013

Jumat, 02 Agustus 2013

Alamat Terjadinya Malam “Lailatul Qadar”



Alamat Terjadinya Malam “Lailatul Qadar”


Ada beberapa keterangan hadits-hadits Rasulullah SAW, yang menjelaskan tentang tanda-Tanda terjadinya malam kemuliaan (malam “lailatul qadar”). Dikarenakan malam “lailatul qadar” termasuk suatu perkara yang besar, perkara yang istimewa, perkara yang luar bisa dan perkara yang penuh dengan misteri-misteri agung untuk diberikan oleh Allah SWT kepada hamba-hamba yang taat, patuh dan tunduk kepada Allah SWT. Sehingga Rasulullah SAW, pun mejelaskan tentang terjadinya malam kemuliaan Allah SWT, agar untuk dikethui oleh ummatnya dan sebagai motivasi untuk ummatnya.


Dimaklumi sebagai seorang hamba yang taat, patuh dan tunduk kepada Allah SWT, mudah-mudahan Allah menguatkan kita dengan ruh dari-Nya dan membantu dengan pertolongan-Nya- sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menggambarkan paginya malam Lailatul Qadar agar seorang muslim mengetahuinya.


Dari 'Ubai Radhiyallahu 'anhu ia berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Pagi hari malam Lailatul Qadar, matahari terbit tidak menyilaukan, seperti bejana hingga meninggi."  (Muslim (762))


Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu ia berkata, kami menyebutkan malam Lailatul Qadar di sisi Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, dan beliau bersabda: "Siapa di antara kalian yang ingat ketika terbit bulan seperti syiqi jafnah."   (Muslim (1170 /Perkataan, syiqi jafnah, syiq artinya setengah, jafnah artinya bejana. Al Qadhi 'Iyadh berkata, "Dalam hadits ini ada isyarat bahwa malam Lailatul Qadar hanya terjadi di akhir bulan, karena bulan tidak akan seperti demikian ketika terbit kecuali di akhir-akhir bulan.")


Dan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma, ia berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:"(Malam) Lailatul Qadar adalah malam yang indah, cerah, tidak panas dan tidak juga dingin, (dan) keesokan harinya cahaya sinar mataharinya melemah kemerah- merahan."   (Thayalisi (394), Ibnu Khuzaimah (3/231), Bazzar (1/486), sanadnya hasan


Demikinlah keterangan hadits-hadits Rasulullah SAW, yang menjelaskan tentang tanda-Tanda terjadinya malam “lailatul qadar”. Mudah-mudahan kita semua kaum muslim wal muslimat bisa termotivasi untuk meningkatkan amal ibadah dan selalu berusaha istiqamah dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT, baik bulan ramadhan maupun bulan lainnya sampai nanti berjumpa bulan ramadhan yang akan datang dan seterusnya.

Wa Allahu a'lam bisshawab,

Wassalam,
Amingsa syah, Cirebon, Indonesia 2013


MALAM "LAILATUL QADAR", 25, 27 DAN 29



MALAM "LAILATUL QADAR", 25, 27 DAN 29


Keterangan hadits-hadits Rasulullah SAW, mejelaskan: jika seorang muslim ingin bersungguh-sungguh mencari malam Lailatul Qadar carilah pada malam ganjil sepuluh hari terakhir, 21, 23, 25, 27 dan 29. Kalau lemah dan tidak mampu mencari pada sepuluh hari terakhir, maka carilah pada malam ganjil tujuh hari terakhir yaitu 25, 27 dan 29.

Al-hamdulillah kita sebagai seorang muslim, baik muslim laki-laki maupun muslim perempuan, masih ada kesempatan emas untuk meraih malam kemuliaan Allah SWT (malam "lailatul qadar") yaitu malam 25, 27 dan 29.

Di bawah ini bacaan doa yang dianjurkan oleh baginda Rasulullah SAW, untuk setiap hari dibaca pada bulan ramadhan, baik siang maupun malamnya. Terutama pada malam ganjil pada sepuluh terakhir bulan ramadhan doanya lebih diintensifkan lagi.   



اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي 
  اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌ كَرِيْمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي 

اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي 
اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌ كَرِيْمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

Mudah-mudahan kita semuanya kaum muslimin wal muslimat bisa merasakan dan mendapatkan malam “lailatul qadar”. Dan muadah-mudahan kita juga bisa memanfaatkan sisa-sisa waktu ini dengan sebaik-baiknya.
  
Wa Allahu a'lam bisshawab,

Wassalam,
Amingsa syah, Cirebon, Indonesia 2013