Latest Entries »

Jumat, 06 Juli 2012

HIKMAH PENCIPTAAN NYAMUK


HIKMAH PENCIPTAAN NYAMUK



Nyamuk adalah seekor makhluk hidup yang amat kecil, tetapi mampunyai perlengkapan tubuh yang amat sempurna. Berkepala lengkap dengan dua mata, telingga, hidung, mulut dan tentu juga mempunyai otak. Mempunyai beberapa kaki dan dua sayap. Alangkah halusnya mata, telingga, hidung, mulut, otak dan sayapnya. Sudah barang tentu juga, di dalam tubuhnya ada yang lebih halus lagi yaitu; jantung, paru-paru, usus dan yang lain-lainnya lagi.

Fiman Allah SWT, dalam surat al-Baqarah ayat 26 ;
Sesungguhnya Allah tidak malu membuat perumpamaan apa yang seperti nyamuk atau sesuatu yang lebih kecil dari padanya. Adapun orang beriman mereka tahu bahwa perumpamaan itu adalah haq dari Tuhan mereka. Dan adapun orang-orang yang kafir mereka berkata : Apakah yang dikehendai Allah dengan perumpamaannya ini ? Banyak manusia tersesat dengan perumpamaannya itu dan banyak pula yang mendapat petunjuk. Dan tersesat itulah orang-orang yang fasik (durhaka).

Ya, dari kejadian nyamuk saja, dapat dipisahkan dan dibedakan atara orang-orang yang tersesat dan beriman. Apalagi dengan kejadian-kejadian yang lainnya. Dengan memberikan pangkat dan kedudukan. Dalam segala bidang dan ruang, akan nyata perbedaan antara orang-orang yang iman dan orang-orang yang fasik.

Setelah mempelajari nyamuk yang halus dan rumit, kita jadi mengerti bahwa bagaimana telitinya Allah SWT, dalam menciptakannya. Disesuaikan oleh Allah dengan besar biji mata nyamuk dengan lubang mata tempat memasang mata tersebut, sungguh sangat teliti dan sesuai Allah menciptakannya.

Terasalah pada setiap orang-orang yang beriman, bahwan bukan saja mata atau usus seekor nyamuk yang diteliti oleh Allah, bahkan Allah lebih teliti lagi terhadap sepak terjang, gerak-gerik hidup manusia di dunia ini. Semua itu akan diperhitungkan oleh Allah SWT, dengan sangat teliti dan cermat di hari kemudian.

Wa Allahu a'lam bis-sawab,
di nukli dari kitab Al-Hikmah wa Al-Fikrah (Imam Al-Ghazali)

wassalam,

Kamis, 05 Juli 2012

ILMU DHORURI DAN ILMU MUKTASAB


 ILMU, JAHIL DAN ILMU DHORURI SERTA ILMU MUKTASAB 
(DALAM PANDANGAN ILMU USHUL FIQH)



Fiqh dengan bermakna syar'i adalah lebih khusus dari pada ilmu, karena ilmu bisa untuk nahu, shorof dan yang lainnya. Dengan demikian setiap fiqh adalah ilmu dan tidaklah setiap ilmu itu fiqh. Ilmu itu adalah mengetahui yang sudah maklum artinya mendapatakan sesuatu yang diantaranya itu adalah bisa diketahui sesuai dengan keadaanya, kenyataannya dan pada kadarnya. Contohnya adalah mendapatan bahwa manusia itu adalah makhluk (hewan) yang berbicara.

Sedangkan jahil adalah metashowwur atau mendapatakan sesuatu tidak sesuai dengan kenyataan seperti orang-orang rasionalis yang mendapatakan atau menyatakan bahwa alam ini, yakni sesuatu yang selain Allah adalah qodim.

Sebagian ulama menyifatkan kejahilan itu dengan jahil murokkab. Dan menjadikan jahil basith sebagai ketidak-tahuan terhadap sesuatu seperti ketidak-tahuan kita terhadap apa yang ada dibawah bumi dan apa yang ada di dasar samudra. Berdasarkan keterangan yang disebut ini, oleh pengarang kitab, jahil basith adalah tidak dinamakan kejahilan atau jahil murakab.

Ilmu Dhoruri adalah ilmu yang tidak terjadi dengan sebab berfikir dan meminta dalil. Contohnya adalah ilmu yang terjadi lantaran salah satu dari indra kita yang lima yakni pendengaran, pengelihatan, perabaan, penciuman dan rasa. Sesungguhnya ilmu yang seperti ini terjadi semata-mata ihsas yakni merasakan lantaran adanya indara tersebut dengan tampa berfikir dan memnita dalail.

Ilmu muktasab adalah ilmu yang tergantung kepada berfikir dan meminta dalil. Contohnya adalah ilmu bahwa alam itu baru. Maka sesungguhnya ilmu ini tergantung kepada pemikiran tentang alam beserta apa yang dapat kita saksikan didalamnya berupa kaadaan yang berubah-ubah, lalu dari kadaan yang berubah-ubah tersebut berpindah kepada hudutsul alam yakni kebaharuan.


Di nukil dari kitab Syarah Waraqaat (Imam Haromain)
Wasslam, 
amingsa syah, cirebon, indonesia 2012